Memberikan pelatihan karyawan secara rutin adalah salah satu investasi yang dilakukan perusahaan. Anda pasti sering mendengar istilah “pendidikan adalah investasi masa depan”, bukan?
Ada survei menarik yang dilakukan Amazon dan Workplace Intelligence. Survei tersebut menyatakan jika 74% karyawan Milenial dan Gen Z akan mengajukan resign jika tidak diberi kesempatan mengikuti pelatihan dan pengembangan kemampuan.
Begitu pentingnya pelatihan karyawan untuk meningkatkan loyalitas kepada perusahaan.
Namun, bagaimana menentukan metode pelatihan yang tepat untuk karyawan? Bagaimana juga mengetahui jika pelatihan tersebut berdampak kepada perusahaan?
Mengingat, tidak sedikit investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk mengirim karyawannya belajar.
Di artikel ini, MyRobin akan jelaskan indikator untuk mengukur keberhasilan pelatihan karyawan. Salah satu yang dapat digunakan adalah Model Kirkpatrick.
Apa Itu Pelatihan Karyawan?
Pelatihan karyawan adalah program yang disusun secara terencana agar kemampuan karyawan meningkat. Materi pelatihan disesuaikan dengan tugas dan peran karyawan di kantor.
Ketika mengikuti pelatihan, karyawan diharapkan mempunyai solusi ketika mengalami masalah pekerjaan. Melalui pelatihan ini karyawan akan mudah menemukan jalan keluar atas masalah yang sama atau ketika menemukan masalah baru.
Seiring zaman yang terus berkembang, alat kerja dan teori pekerjaan terus berkembang. Agar karyawan tidak mengalami kesulitan, kemampuan kerja juga harus ditingkatkan. Melalui pelatihan secara berkala ini, perkembangan alat dan teori dapat diajarkan kepada karyawan.
Perbedaan Antara Pelatihan dengan Pengembangan Karyawan
Pelatihan karyawan dengan pengembangan karyawan kerap disamakan. Ternyata, dua program ini mempunyai perbedaan.
Pelatihan karyawan dirancang untuk jangka pendek. Artinya, pelatihan karyawan bertujuan untuk mengatasi masalah pekerjaan yang dihadapi karyawan.
Materi yang diberikan saat pelatihan cenderung hal-hal teknis. Harapannya, dengan bekal teknis tersebut, karyawan lebih meningkat kemampuan dan produktivitasnya.
Sedangkan pengembangan diri karyawan berfokus untuk masa depan karyawan dan perusahaan. Program pengembangan karyawan bersifat lebih besar dan memberikan ilmu serta pengetahuan baru bagi karyawan. Ilmu dan pengetahuan baru ini yang berguna untuk perusahaan di masa depan.
Manfaat Memberikan Pelatihan Karyawan Secara Rutin
Melaksanakan pelatihan kerja secara rutin bermanfaat untuk karyawan maupun perusahaan. Bagi karyawan, manfaat mengikuti pelatihan adalah:
- Kemampuan kerja meningkat
- Dapat mencari jalan keluar ketika menemukan masalah pekerjaan
- Motivasi kerja terus meningkat
- Membuka peluang karir baru
Sedangkan bagi perusahaan, manfaat memberikan pelatihan karyawan secara rutin adalah:
- Meningkatkan loyalitas karyawan kepada perusahaan
- Semakin banyak daftar pekerjaan yang selesai
- Mengurangi kecelakaan dan kesalahan di lingkungan kerja
- Adanya perpindahan ilmu dari karyawan senior kepada karyawan junior
Perusahaan harus percaya jika memberikan pelatihan karyawan secara rutin akan bermanfaat untuk perkembangan dan kelanjutan perusahaan di masa depan. Jadi, jangan ragu untuk memberi pelatihan kerja, karena baik perusahaan atau karyawan akan mendapatkan manfaatnya.
Mengukur Keberhasilan Pelatihan Karyawan
Pelatihan karyawan adalah investasi masa depan perusahaan. Dampaknya mungkin tidak terasa secara langsung, tapi perusahaan dapat merasakannya di masa depan.
Ketika Anda sudah berinvestasi kepada karyawan melalui pelatihan, tentunya Anda ingin memastikan bahwa pelatihan tersebut memberikan hasil yang maksimal kepada karyawan dan perusahaan.
Itulah pentingnya melacak dan mengukur keberhasilan program pelatihan karyawan.
Ukuran atau indikator keberhasilan pelatihan karyawan adalah meterik atau parameter yang digunakan untuk menilai dampak positif pelatihan terhadap karyawan dan perusahaan secara keseluruhan.
Mengukur keberhasilan pelatihan akan membantu Anda dan tim HRD untuk mengevaluasi dan mengetahui efektivitas program pelatihan yang dirancang.
Semakin banyak peserta yang mudah menyerap materi pelatihan dan menerapkannya di kantor, artinya program pelatihan sudah berjalan dengan baik.
Sebaliknya, jika peserta merasa kesulitan memahami materi, perlu adanya evaluasi program pelatihan. Anda dan tim HRD bisa saja mengubah format pelatihan atau mencari mentor yang lebih baik.
Mengapa Perusahaan Wajib Menentukan Ukuran Keberhasilan Pelatihan Karyawan?
Melacak keberhasilan pelatihan karyawan membantu perusahaan untuk mendapatkan data, seperti kepuasan karyawan, peningkatan keterampilan dan kemampuan kerja, dan tingkat retensi materi pelatihan.
Perusahaan dapat mengidentifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan program pelatihan karyawan.
Mengukur keberhasilan pelatihan juga merupakan cara untuk melihat dampak investasi. Pelatihan karyawan memerlukan sumber daya berupa uang, waktu, dan tenaga.
Perusahan harus tahu apakah investasi yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan. Indikator keberhasilan memberikan cara untuk mengukur dampak pelatihan terhadap kinerja dan tujuan perusahaan.
Indikator yang Dapat Digunakan untuk Mengukur Keberhasilan Pelatihan Karyawan
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program pelatihan karyawan adalah:
1. Peningkatan kinerja karyawan
Salah satu ukuran utama keberhasilan pelatihan adalah meningkatnya kinerja karyawan. Indikator ini dapat diukur melalui evaluasi rutin, tes, atau penilaian atas pencapaian target kerja.
2. Peningkatan produktivitas kerja
Pelatihan karyawan yang berhasil dapat dilihat dengan meningkatnya produktivitas karyawan. Anda dapat membandingkan antara sebelum mengikuti dan setelah mengikuti pelatihan kerja.
3. Berkurangnya kesalahan kerja
Pelatihan yang baik juga dapat mengurangi tingkat kesalahan kerja. Kondisi ini akan menciptakan efisiensi dan menghemat sumber daya perusahaan.
4. Meningkatnya retensi karyawan
Perusahaan yang memberikan kesempatan pelatihan dan pengembangan membuat karyawan bertahan lebih lama di perusahaan. Meningkatnya retensi karyawan adalah ukuran positif dari pelatihan yang berhasil.
5. Meningkatnya inovasi karyawan
Pelatihan yang berhasil akan mampu merangsang kreativitas dan inovasi dalam perusahaan. Ukuran ini mungkin sulit untuk dilacak secara langsung, tapi Anda bisa melihatnya dalam ide-ide baru atau perbaikan proses kerja.
Mengukur Keberhasilan Pelatihan dengan Model Kirkpatrick
Model Kirkpatrick adalah kerangka evaluasi yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelatihan karyawan. Model ini dikembangkan oleh Donald L. Kirkpatrick pada tahun 1959. Donald Kirkpatrick adalah presiden dari American Society for Training and Development (ASTD).
Sejak kemunculannya, Model Kirkpatrick telah mengalami perkembangan sebanyak dua kali, masing-masing di tahun 1975 dan 1994. Saat ini, Model Kirkpatrick telah menjadi standar industri untuk mengevaluasi dampak pelatihan karyawan.
Model Kirkpatrick menggunakan empat level sebagai bahan evaluasi pelatihan, yaitu Reaction (Reaksi), Learning (Pembelajaran), Behavior (Tingkah laku), dan Results (Hasil).
Berikut adalah penjelasan empat level Model Kirkpatrick:
1. Reaksi
Level pertama adalah reaksi, yang mengukur bagaimana karyawan merespon pelatihan.
Evaluasi pada level ini berfokus untuk mengetahui apakah karyawan puas dengan pelatihan, sejauh mana mereka merasa pelatihan sudah relevan, dan apakah pelatihan sudah memenuhi harapan mereka.
Evaluasi pada level ini melibatkan survei pertanyaan atau kuesioner kepada peserta untuk mengumpulkan umpan balik. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
- Apakah Anda merasa puas dengan pelatihan ini?
- Sejauh mana pelatihan relevan dengan pekerjaan Anda?
- Apakah Anda merasa pelatihan ini memenuhi ekspektasi Anda?
2. Pembelajaran
Level selanjutnya adalah pembelajaran. Level ini akan mengukur sejauh mana peserta memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru selama pelatihan. Evaluasi pada tingkat ini mencakup tes pengetahuan, penugasan, atau penilaian praktis.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur pembelajaran adalah memberikan pra-test dan post-test kepada karyawan.
Level pembelajaran adalah tahap yang penting karena dapat menunjukkan apakah pelatihan telah memberikan manfaat nyata dalam bentuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
3. Perubahan perilaku
Pada level perubahan perilaku akan mengukur apakah peserta dapat menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan materi yang mereka dapatkan selama mengikuti pelatihan dalam lingkungan kerja sehari-hari.
Evaluasi pada tingkat ini merupakan proses yang Panjang dan sulit dari tingkat sebelumnya. Pengamatan dan pemantauannya dilakukan dalam jangka Panjang.
Sebagai acuan pengamatan perubahan perilaku, Anda dapat mengamati hal-hal berikut:
- Apakah karyawan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam pekerjaan?
- Apakah ada perubahan hasil kerja karyawan setelah mengikuti pelatihan?
Beberapa karyawan tidak dapat secara langsung menerapkan hasil pelatihan. Mungkin saja, lingkungan, tim kerja dan fasilitas kerja tidak mendukung karyawan untuk mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari. Perlu penilaian yang objektif untuk melihat perubahan perilaku karyawan.
4. Hasil
Level keempat atau yang terakhir adalah hasil terhadap dampak organisasi. Pada level ini akan mengukur dampak pelatihan karyawan terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Pengukuran ini dapat melihat apakah pelatihan telah berdampak pada peningkatan bisnis. Sebagai contoh, penjualan yang meningkat, waktu kerja yang lebih efisien, dan lain sebagainya.
Seiring berkembangnya zaman, Model Kirkpatrick telah berkembang dengan penambahan level kelima, yaitu “Dampak Organisasi Jangka Panjang”. Level ini akan menyoroti dampak jangka panjang pelatihan karyawan terhadap perusahaan. Dampak jangka Panjang yang dapat dilihat adalah perubahan budaya, inovasi, dan kompetitif yang lebih besar.
Metode Pelatihan Karyawan yang Dapat Digunakan
Sekarang Anda sudah paham apa itu pelatihan karyawan dan cara mengukur keberhasilannya. Selanjutnya, Anda memilih metode pelatihan yang cocok untuk karyawan.
Ada banyak metode pelatihan yang dapat Anda pilih. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Anda dapat menentukan metode pelatihan berdasarkan tujuan dan budget perusahaan.
Berikut adalah metode pelatihan yang dapat Anda pilih:
1. Bimbingan senior kepada junior
Metode pertama adalah transfer atau bimbingan dari senior ke junior. Sejatinya, metode ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Sifatnya natural, yaitu yang ahli mengajarkan yang awam.
Metode ini sangat hemat dan sangat praktis. Pemateri berasal dari internal perusahaan, yaitu karyawan yang mempunyai kemampuan mumpuni dan sudah berpengalaman di satu bidang.
Beberapa perusahaan melakukan metode ini kepada karyawan baru. Tujuannya, sebagai ajang pengenalan dengan pekerjaan baru.
2. Pelatihan daring (Online)
Metode ini mulai digemari sejak pandemi Covid – 19. Saat itu, kegiatan masyarakat dituntut untuk dilakukan secara online, termasuk pelatihan karyawan.
Pelatihan daring tidak memerlukan tatap muka, tapi tidak menghilangkan makna dan esensi pelatihan. Walaupun dilakukan dengan jarak jauh, peserta dan pemateri tetap memungkinkan untuk saling berinteraksi.
3. Pelatihan melalui video pembelajaran
Metode ini dilakukan dengan cara membeli paket belajar kepada Lembaga pelatihan. Lembaga tersebut sudah menyiapkan paket video sesua tema pelatihan yang dipilih.
Kelemahan metode ini adalah minimnya interaksi antara materi dengan peserta. Peserta tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya.
Namun, meskipun minim interaksi, metode ini tetap digemari banyak orang. Kelebihannya adalah cara penyampaian yang lebih menarik seperti infografis atau animasi.
Selain itu, metode ini memungkinkan peserta untuk mengulang pembelajaran di lain waktu. Peserta juga dapat memutar video pembelajaraan di waktu senggang.
4. Pelatihan tatap muka
Metode ini dilakukan dalam sebuah ruangan. Pemateri hadir di depan peserta dan memberikannya secara langsung. Pelatihan tatap muka adalah metode klasik yang masih banyak digunakan.
Keunggulan metode ini adalah adanya interaksi langsung dengan pemateri. Selain itu, metode ini juga memungkinkan peserta untuk mendapatkan alat pendukung dan praktik secara langsung.
Saat ini, pelatihan tatap muka sudah dikemas secara menarik dan eksklusif, seperti diadakan di ballroom hotel berbintang.
5. Mentoring dan coaching
Metode ini dilakukan dengan privat. Pelaksanaannya satu pemateri per satu karyawan atau perusahaan. Jadi, peserta pelatihan hanya berasal dari internal perusahaan.
Pemateri tidak hanya satu kali memberikan materi, tapi ada proses jenjang belajarnya. Pemateri juga akan mengawasi dan memberi evaluasi. Lama mentoring dan coaching tergantung kesepakatan antara pemateri dan perusahaan.
Mengukur keberhasilan pelatihan karyawan menjadi proses yang penting setelah karyawan selesai pelatihan. Cara ini membantu perusahaan untuk mendapatkan pemahaman yang dalam tentang dampak pelatihan bagi karyawan dan perusahaan.
Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah Model Kirkpatrick. Model ini memungkinkan perusahaan untuk lebih mengoptimalkan program pelatihan.
Outsourcing Sebagai Solusi Efisiensi Biaya SDM
Mengadakan pelatihan, dan pengembangan karyawan tidak hanya membutuhkan fokus, namun juga waktu, dan sumber daya yang tidak sedikit.
Dengan menggunakan layanan outsourcing, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mempekerjakan dan melatih karyawan untuk tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh karyawan yang disalurkan oleh perusahaan outsourcing.
MyRobin merupakan perusahaan outsourcing on-demand end-to-end yang dapat menyalurkan pekerja berkualitas dari berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan Anda, sehingga dapat membantu mengefisiensikan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan karyawan. Pelajari produk dan layanan MyRobin selengkapnya disini!
Untuk Anda yang ingin mendapatkan materi tentang bisnis, yuk kunjungi Blog MyRobin. Di Blog ini ada banyak pilihan artikel, yang dapat menambah pengetahuan Anda tentang bisnis.