Istilah fear mongering mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Terakhir, istilah ini kembali santer diperbincangkan ketika ada isu mengenai ancaman resesi Indonesia pada 2023 mendatang.
Awalnya, pembahasan mengenai resesi ini dimulai ketika Presiden Jokowi menyampaikan bahwa ekonomi global sedang dalam keadaan sulit dan akan lebih “gelap” pada 2023. Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan acara BUMN Startup Day Tahun 2022, yang disiarkan secara live streaming di YouTube Sekretariat Presiden.
Merespons pernyataan itu, beberapa publik figur berupaya memberikan edukasi bagaimana cara menghadapi resesi. Namun, konten-konten yang membanjiri media sosial justru oleh beberapa pihak dinilai terlalu berlebihan dan hanya akan menimbulkan ketakutan. Para warganet menyematkan istilah fear mongering pada konten-konten tersebut.
Kendati sering diperbincangkan orang-orang, mungkin sebagian orang masih belum paham mengenai istilah “fear mongering” yang disebut-sebut dalam isu resesi ekonomi. Lantas, apa sih fear mongering itu dan apa saja dampaknya?
Definisi Fear Mongering
Melansir dari Cambridge Dictionary, “fear mongering” bukanlah dua kata yang terpisah, melainkan kata benda tunggal yang memiliki satu arti. Secara sederhana, fear mongering diartikan sebagai tindakan menakut-nakuti.
Fear mongering bisa dipahami sebagai bentuk manipulasi yang menyebabkan ketakutan dengan menggunakan desas-desus berlebihan tentang bahaya yang akan datang. Sinonim dari fear mongering adalah scare mongering. Kedua kata tersebut memiliki makna yang sama.
Dalam bahasa Indonesia, istilah tersebut juga sama dengan kampanye menjual ketakutan. Tentunya, kampanye ini sangat berpengaruh karena rasa takut dapat mengendalikan perilaku dan keputusan yang kita ambil.
Menurut psikologi evolusi, manusia memiliki dorongan yang kuat untuk memperhatikan bahaya karena kesadaran akan bahaya penting untuk keberlangsungan hidupnya. Efeknya pun diperkuat oleh evolusi budaya ketika media massa memenuhi selera orang akan berita tentang suatu bahaya.
Ketakutan manusia ini juga yang dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk tujuan tertentu. Misalnya, iklan, kampanye politik, media massa, dan sebagainya.
Baca Juga: 13 Tips Mengatur Keuangan Menjelang Akhir Tahun, Nggak bakal Boros!
Contoh Fear Mongering
Iklan
Iklan berdasarkan rasa takut, terkadang juga disebut sebagai shockvertising, yang menjadi populer di beberapa tahun terakhir. Ketakutan merupakan emosi yang kuat dan dapat dimanipulasi untuk membujuk orang agar membuat pilihan yang emosional dibanding beralasan.
Iklan yang memanfaatkan ketakutan seseorang dapat dijumpai di berbagai produk. Misalnya, hand sanitizer, mobil, obat-obatan, dan lain sebagainya.
Media massa
Persaingan ekonomi yang sengit di dunia turut mendorong media massa komersial untuk secara ekstensif memanfaatkan cerita menakutkan dan berita buruk sebagai senjata emosional. Tak jarang, media-media menonjolkan berita kejahatan dan kekerasan di antara berita lainnya.
Dampak Positif
Melihat contoh fear mongering di atas, rasanya kita perlu mengetahui apa saja dampak dari fear mongering agar bisa menghindari dampak negatif dan mengoptimalkannya dampak positifnya.
Berikut ini beberapa contoh dampak positif dari fear mongering:
1. Meningkatkan kewaspadaan
Saat bahaya terus menerus disebarkan, tentunya sebagai manusia kita pasti ingin untuk menghindarinya. Namun, di satu sisi, kampanye menjual ketakutan ini efektif untuk meningkatkan kewaspadaan dibandingkan dengan anjuran atau imbauan biasa.
Ambil contoh ketika awal pandemi COVID-19. Meskipun ada beberapa orang yang abai dengan protokol kesehatan, bahaya COVID-19 yang terus disebarkan oleh media setidaknya berhasil membuat masyarakat untuk memulai menjaga diri.
2. Meningkatkan kesadaran atas suatu isu
Hari-hari ini, kita tahu tidak semua orang peduli akan suatu isu besar yang terjadi di sekitar, meski dampaknya memengaruhi kehidupan secara langsung. Misalnya, isu tentang resesi ekonomi ini.
Meskipun dianggap menimbulkan ketakutan yang berlebihan, perbincangan mengenai gelapnya 2023 berhasil menarik atensi banyak orang. Tak terkecuali orang yang mungkin sebelumnya tidak mau tahu tentang berita tersebut.
Alhasil, semakin banyak orang mau memahami apa itu resesi, seberapa besar dampaknya, dan strategi untuk menghadapi resesi tersebut. Setidaknya, jika itu benar terjadi, masyarakat telah siap menghadapinya.
3. Mengubah perilaku buruk
Selanjutnya, dampak positif dari fear mongering adalah mampu mengubah perilaku buruk yang selama ini sulit untuk dihilangkan.
Contohnya, orang-orang yang tadinya memiliki gaya hidup konsumtif sekarang mulai menekan atau mengatur pengeluarannya untuk barang-barang yang diperlukan saja. Bahkan, orang-orang memiliki dorongan untuk menabung. Sebab, mereka khawatir jika krisis atau resesi benar-benar terjadi.
Dampak Negatif
Selain dampak positif, fear mongering juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang dimaksud, antara lain:
1. Membuat diri kurang rasional
Ada perbedaan yang jelas antara bersikap waspada dengan bersikap tidak rasional. Misalnya, saat pandemi kewaspadaan seharusnya cukup tercermin pada keputusan untuk mengurangi kegiatan sosial, rajin mencuci tangan, dan selalu mengenakan masker dengan benar.
Namun, beberapa orang yang tidak rasional justru menjadi takut berlebihan. Ketakutan itu pun mendorong orang-orang melakukan panic buying hingga mengucilkan penyintas yang terpapar virus.
Keputusan kurang rasional ini dihasilkan oleh rasa takut berlebihan akibat fear mongering. Jadi, ketika mulai takut, segera jernihkan pikiran dan saring informasi agar tetap bisa rasional.
2. Mudah percaya hoax
Melansir dari American Psychological Association, ketakutan memang mampu membuat kita berpikir berulang-kali mengenai suatu informasi. Akan tetapi, jika rasa takut dilibatkan dalam proses tersebut, manusia cenderung akan mencari informasi yang mendukung kepercayaan bahwa bahaya tersebut benar-benar ada.
Padahal, kepercayaan itu belum tentu sesuai fakta yang terjadi. Itulah mengapa fear mongering membuat orang lebih mudah percaya pada hoax atau berita bohong. Sebab, rasa takut terlanjur menghambat kemampuan untuk menilai sesuatu secara objektif.
3. Mengganggu kesehatan
Dilansir dari Center for Free, Fair, and Accountable Democracy, rasa takut yang dirasakan terus-menerus dapat melemahkan kekebalan tubuh manusia. Akibatnya, tubuh menjadi rentan akan berbagai gangguan kesehatan fisik dan mental.
Selain itu, ketakutan terus-menerus dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal itu dapat menyebabkan masalah jantung, masalah perut, dan penurunan kesuburan. Efek lain dari fear mongering juga meliputi kelelahan, depresi, penuaan lebih cepat, dan bahkan kematian dini.
Baca Juga: Jangan Lengah! Ini Penyebab Stres Kerja yang Harus Kamu Ketahui
Dapat disimpulkan, fear mongering merupakan bentuk manipulasi rasa takut yang dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Penjelasan di atas diharapkan dapat membantu kamu dalam menyikapi segala isu yang beredar. Hal ini agar kamu tidak terjebak pada dampak negatif fear mongering.
Baca Juga: Tips Mengatur Keuangan dengan Gaji 3 Juta Per Bulan
Nah, untuk mengetahui informasi penting lain terkait bisnis hingga pekerjaan, simak terus artikel-artikel yang ada di Blog MyRobin! Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, baca artikel menarik lainnya sekarang juga!