Heijunka: Pengertian, Sejarah, Konsep, Contoh Implementasi, dan Manfaatnya

Dalam dunia industri yang semakin kompetitif, perusahaan manufaktur dihadapkan pada tuntutan untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi pemborosan, dan memberikan produk dengan kualitas tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pemimpin industri telah mencari pendekatan inovatif yang dapat menghadapi tantangan produksi yang kompleks dan fluktuatif.

Salah satu pendekatan yang telah terbukti efektif dalam mencapai tujuan ini adalah konsep Heijunka, yang berasal dari filosofi lean manufacturing, yang dikembangkan oleh Toyota pada tahun 1950-an.

Namun apa maksud dari Heijunka itu? Nah artikel ini, MyRobin akan menguraikan esensi dari konsep Heijunka, serta menggali manfaat yang diberikan oleh pendekatan Heijunka bagi perusahaan manufaktur modern. Untuk itu, simak penjelasannya hingga akhir ya!

Apa Itu Heijunka?

Heijunka, yang berasal dari bahasa Jepang, merupakan konsep pengendalian pemerataan produksi yang menjadi salah satu pilar utama dalam filosofi lean manufacturing. Secara harfiah, “Heijunka” dapat diartikan sebagai “mengatur produksi secara merata” atau “pemerataan produksi.” Konsep ini bertujuan untuk mencapai stabilitas dan efisiensi dalam aliran produksi dengan meratakan permintaan produksi, sehingga perusahaan dapat lebih responsif terhadap fluktuasi permintaan pasar.

Dengan penerapan Heijunka, perusahaan mengorganisir produksi mereka dalam periode waktu tertentu, seperti harian, mingguan, atau bulanan, dengan memperhatikan variasi permintaan produk. Pendekatan ini melibatkan produksi berulang untuk setiap jenis produk dalam jumlah yang relatif merata, sehingga menciptakan harmonisasi dalam proses produksi.

Prinsip Heijunka memainkan peran kunci dalam mengurangi pemborosan, meminimalkan waktu pergantian (setup time), meningkatkan efisiensi produksi, dan meningkatkan prediktabilitas dalam menghadapi perubahan permintaan. Dengan meratakan aliran produksi, perusahaan dapat mencapai manfaat jangka panjang, termasuk pengurangan biaya operasional, peningkatan kualitas produk, dan peningkatan daya saing.

Penerapan Heijunka tidak hanya berfokus pada produksi barang jadi, tetapi juga dapat diterapkan pada proses-proses lain dalam rantai pasokan atau produksi, termasuk pembelian, pengolahan bahan baku, dan distribusi. Melalui filosofi lean manufacturing dan penerapan Heijunka, perusahaan dapat mencapai keunggulan operasional dan menciptakan lingkungan kerja yang efisien, adaptif, dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Sejarah Heijunka

Heijunka (pengendalian pemerataan produksi) adalah pendekatan yang berasal dari Toyota Production System (TPS), yang menjadi dasar dari filosofi lean manufacturing. Dalam sejarahnya, Heijunka berkembang sebagai respons terhadap tantangan produksi yang dihadapi oleh Toyota pada awal abad ke-20.

Sejarah Heijunka dapat ditarik kembali ke masa pascaperang Jepang pada tahun 1950-an. Pada saat itu, Jepang berada dalam kondisi pascaperang dengan sumber daya terbatas dan lingkungan ekonomi yang sulit. Toyota, yang saat itu masih menjadi produsen mobil kecil yang relatif kecil, menghadapi banyak kesulitan dalam memenuhi permintaan pelanggan yang fluktuatif.

Masalah utama yang dihadapi Toyota adalah ketidakstabilan dalam aliran produksi. Permintaan kendaraan bermotor sering berubah secara tiba-tiba, dan tingkat produksi yang tidak stabil menyebabkan pemborosan dan inefisiensi dalam proses produksi.

Untuk mengatasi masalah ini, Toyota mengadopsi konsep pemerataan produksi yang awalnya digunakan di pabrik tekstil untuk meratakan permintaan kain. Mereka kemudian mengembangkan dan menyempurnakan konsep ini sesuai dengan kebutuhan produksi mobil mereka. Inilah awal dari Heijunka.

Heijunka berfokus pada mengurangi fluktuasi dalam produksi dengan mengatur produksi kendaraan secara merata berdasarkan permintaan pelanggan dalam periode waktu tertentu. Prinsip pemerataan ini memungkinkan Toyota untuk meningkatkan fleksibilitas, efisiensi, dan prediktabilitas produksi mereka.

Sejak itu, Toyota terus mengembangkan dan menyempurnakan Heijunka sebagai bagian dari TPS. Konsep ini menjadi salah satu dari banyak alat lean manufacturing yang digunakan untuk mencapai ketepatan waktu, kualitas tinggi, dan efisiensi dalam produksi.

Dengan kesuksesan Toyota dalam menerapkan pendekatan Heijunka, filosofi lean manufacturing menyebar ke berbagai industri dan menjadi fondasi bagi banyak praktik manajemen dan produksi modern.

Konsep Heijunka

Penerapan konsep Heijunka (pemerataan produksi) dapat memberikan prediktabilitas, fleksibilitas, dan stabilitas dalam organisasi manufaktur. Cara meratakan produksi dengan menggunakan Heijunka dapat dilakukan berdasarkan volume atau jenis produk, seperti penjelasan berikut ini:

Leveling by Volume (Pemerataan berdasarkan Volume)

Dalam pemerataan berdasarkan volume, jumlah item per jenis produk yang diproduksi di setiap batch diatur agar relatif merata. Pendekatan ini membantu mengurangi fluktuasi permintaan dan meningkatkan efisiensi produksi. 

Dengan memperhatikan permintaan dari pelanggan atau pasar, organisasi dapat merencanakan produksi dengan cermat untuk mencapai volume produksi yang stabil dan sesuai dengan permintaan yang ada.

Contoh: Jika pada suatu periode, permintaan untuk produk A adalah 100 unit dan produk B adalah 50 unit, pemerataan produksi berdasarkan volume akan mengatur produksi untuk setiap jenis produk sehingga dalam jangka waktu tertentu, misalnya seminggu, jumlah produksi untuk produk A adalah 100 unit dan produk B adalah 50 unit.

Leveling by Type (Pemerataan berdasarkan Jenis)

Dalam pemerataan berdasarkan jenis, variasi produk yang diproduksi diatur agar merata dalam jangka waktu tertentu, seperti mingguan atau bulanan. Pendekatan ini mempertahankan fleksibilitas produksi dan memungkinkan organisasi untuk menghadapi permintaan yang bervariasi dari produk yang berbeda.

Contoh: Jika perusahaan memproduksi produk A, B, C, dan D, pemerataan produksi berdasarkan jenis akan mengatur urutan produksi yang berbeda setiap minggunya atau setiap bulannya, sehingga dalam periode tersebut, setiap produk diproduksi dengan frekuensi yang merata.

Dengan menerapkan Heijunka melalui pemerataan berdasarkan volume dan jenis, perusahaan dapat mengurangi waktu pergantian (setup time), meratakan permintaan, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan mencapai stabilitas produksi dalam jangka panjang. Hal ini dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi, sehingga perusahaan menjadi lebih responsif terhadap perubahan permintaan dan perubahan pasar.

Contoh Implementasi Heijunka

Sebuah perusahaan garmen memproduksi berbagai jenis pakaian wanita yang meliputi blus, gaun, dan mantel dan terdapat permintaan 100 produk dalam sebulan. Waktu operasi adalah Senin sampai Jumat selama 6 jam per hari. Setiap produk membutuhkan waktu 1 jam untuk selesai dalam produksi.

Produksi	Blus	Gaun	Mantel
Permintaan Bulanan	50	30	20

Dalam produksi manufaktur normalnya, mereka memproduksi produk dalam batch dan memprioritaskan produksi produk dengan permintaan yang lebih tinggi. Apa yang akan mereka lakukan adalah memproduksi blus sampai memenuhi permintaan bulanan, kemudian melanjutkan ke item berikutnya dalam antrean. Pipaline akan terlihat seperti ini:

D1

D2

D3

D4

D5

D6

D7

D8

D9

D10

D11

D12

D13

D14

D15

D16

D17

D18

D19

D20

1H

2H

3H

4H

5H

6H

Dalam proses produksi seperti ini, mereka melihat masalah dalam hal permintaan pelanggan. Apa yang akan mereka lakukan jika pelanggan memesan 1 blus, 1 gaun, dan 1 jas? Pada pipa produksi jenis ini, pelanggan bisa mendapatkan pesanannya pada hari ke 15 karena produksi mantel akan dimulai pada hari ke 15. Selain itu, bagaimana jika permintaan mantel meningkat karena perubahan cuaca? Dengan menerapkan konsep Heijunka yang bertujuan untuk meratakan produksi, alih-alih memproduksi produk secara batch berdasarkan permintaan bulanan, mereka membaginya menjadi produksi mingguan dan menciptakan variasi produk dalam seminggu untuk mempertahankan permintaan pelanggan setiap minggu.

Produksi	Blus	Gaun	Mantel
Permintaan Bulanan	50	30	20
Permintaan Mingguan	13	8	5

Produksi akan terlihat seperti ini:

D1

D2

D3

D4

D5

D6

D7

D8

D9

D10

D11

D12

D13

D14

D15

D16

D17

D18

D19

D20

1H

2H

3H

4H

5H

6H

Dengan cara ini, tim dapat mengirimkan pesanan pelanggan yang terdiri dari 1 blus, 1 gaun, dan 1 jas pada hari keempat, dibandingkan dengan kasus sebelumnya di mana pesanan tersebut baru dapat dikirimkan pada hari ke-15. Sebaliknya, jika permintaan berubah di minggu-minggu berikutnya , mereka dapat dengan mudah mengubah jalur produksi dan membuat rangkaian produk baru yang akan diproduksi berdasarkan tren dan permintaan pelanggan.

Dalam menerapkan konsep Heijunka, organisasi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang akan mempengaruhi waktu produksi termasuk konsep Single-Minute Exchange of Dies (SMED) sehingga akan membantu dalam menganalisis situasi jika akan sulit atau akan membutuhkan lebih banyak waktu bagi operator untuk beralih memproduksi satu produk ke produk lain daripada waktu yang biasanya dibutuhkan.

Manfaat Heinjuka

Implementasi Heijunka atau pengendalian pemerataan produksi dapat memberikan berbagai manfaat bagi perusahaan dalam berbagai industri. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari Heijunka:

Prediktabilitas Produksi

Heijunka membantu menciptakan jadwal produksi yang lebih stabil dan merata. Dengan meratakan produksi, fluktuasi permintaan yang tiba-tiba dapat diimbangi, sehingga perusahaan dapat merencanakan produksi secara lebih akurat. Hal ini tentunya akan mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitas produksi.

Efisiensi Produksi

Dengan Heijunka, waktu pergantian (setup time) antara produksi produk yang berbeda dapat diperkecil karena produksi dilakukan dalam urutan yang lebih teratur dan merata. Pengurangan setup time mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi produksi secara keseluruhan.

Mengurangi Inventaris

Heijunka membantu dalam mengurangi persediaan (inventaris) karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan atau pasokan ke bagian berikutnya dalam aliran produksi. Hal ini menghindari akumulasi persediaan yang berlebihan dan mengurangi biaya penyimpanan.

Responsif terhadap Perubahan Permintaan

Meskipun Heijunka bertujuan untuk meratakan produksi, pendekatan ini tetap fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan fluktuasi permintaan nyata dari pelanggan. Produksi yang lebih stabil dan merata memungkinkan perusahaan untuk lebih responsif terhadap perubahan permintaan tanpa mengorbankan efisiensi.

Peningkatan Kualitas

Heijunka dapat membantu dalam identifikasi dan penyelesaian masalah produksi lebih awal karena produksi lebih terstruktur dan terorganisir. Hal ini memungkinkan pencegahan cacat dan meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan.

Penyederhanaan Perencanaan dan Penjadwalan

Pemerataan produksi memungkinkan perusahaan untuk lebih mudah merencanakan dan menjadwalkan kegiatan produksi karena lebih sedikit fluktuasi dan perubahan yang harus dikelola.

Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja

Dengan mengurangi waktu pergantian dan menghindari perubahan mendadak dalam produksi, Heijunka dapat membantu meningkatkan produktivitas tenaga kerja, karena pekerja dapat lebih fokus pada produksi yang stabil dan teratur.

Reduksi Biaya dan Pemborosan

Dengan meratakan produksi dan mengurangi pemborosan, seperti persediaan berlebih atau produksi yang berlebihan, perusahaan dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas.

Penerapan konsep Heijunka telah terbukti sebagai kunci kesuksesan bagi banyak perusahaan. Dengan meratakan produksi, Heijunka memberikan prediktabilitas, efisiensi, dan fleksibilitas yang dibutuhkan dalam menghadapi fluktuasi permintaan pasar yang cepat berubah. 

Pengendalian pemerataan produksi ini tidak hanya mengurangi pemborosan, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang, seperti peningkatan kualitas produk, peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan pengurangan biaya operasional. Melalui penerapan filosofi lean manufacturing, Heijunka bukan hanya sekadar metode produksi, tetapi sebuah paradigma yang membentuk budaya perusahaan yang adaptif dan inovatif.

Dalam upaya mencapai tujuan produksi yang lebih efisien dan berkelanjutan, pengembangan dan pengintegrasian Heijunka harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan manufaktur modern. Dengan mengenali pentingnya pemerataan produksi dan menerapkan prinsip Heijunka secara konsisten, perusahaan dapat menghadapi tantangan yang kompleks dan meningkatkan daya saing mereka di pasar global. 

Oleh karena itu, para pemimpin industri dan praktisi manufaktur harus bersatu dalam memeluk filosofi Heijunka dan berusaha menciptakan lingkungan kerja yang responsif, efisien, dan inovatif. Dengan begitu, masa depan manufaktur dapat dipandang dengan optimisme, di mana Heijunka menjadi fondasi yang kokoh dalam perjalanan menuju keunggulan operasional dan kesuksesan jangka panjang.

Tertarik dengan dunia bisnis dan ingin mengetahui informasi terbaru yang berguna untuk kesuksesan Anda? Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi blog MyRobin! Temukan artikel-artikel informatif seputar bisnis, strategi pemasaran, manajemen, dan inspirasi menarik untuk Anda.