Kepemimpinan Laissez-faire, juga dikenal sebagai kepemimpinan delegatif, adalah jenis gaya kepemimpinan di mana para pemimpin memberikan otonomi kepada anggota kelompok untuk membuat keputusan.
Gaya kepemimpinan memiliki manfaat dan juga resikonya sendiri. Besarnya wewenang setiap anggota kelompok dalam gaya kepemimpinan ini menyebabkan dibutuhkannya situasi dan kondisi tertentu agar penerapan gaya kepemimpinan laissez-faire dapat berjalan dengan efektif.
Nah, keadaan dan situasi seperti apa itu?
Dalam artikel ini MyRobin akan membahas lebih dalam mengenai kepemimpinan laissez-faire, serta contoh, manfaat, dan situasi paling tepat untuk menerapkan model kepemimpinan ini. Simak selengkapnya disini!
Karakteristik Kepemimpinan Laissez-Fire
Gaya kepemimpinan laissez-fire memang mengindikasikan pendekatan yang sangat minim intervensi dari pemimpin, namun banyak pemimpin masih tetap terbuka dan tersedia bagi anggota kelompok untuk berdiskusi, memberikan umpan balik, dan diminta bantuan jika diperlukan.
Pemimpin dapat memberikan arahan awal pada proyek namun tetap memberi kebebasan kepada anggota kelompok untuk menjalankan tugas dengan pengawasan yang lebih sedikit.
Pendekatan kepemimpinan ini memerlukan tingkat kepercayaan yang tinggi antara pemimpin dan anggota kelompok. Kepercayaan ini membuat pemimpin memberikan otonomi kepada anggota kelompok untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kebutuhan proyek atau tugas yang diemban.
Kepemimpinan dengan gaya Laissez-faire umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Otonomi yang besar
Pemimpin memberikan otonomi yang cukup besar kepada setiap anggota kelompok dan mendorong mereka untuk mengambil keputusan, serta bertindak secara mandiri tanpa campur tangan yang terlalu besar dari pemimpin.
Pemimpin tetap Memberikan Dukungan dan Bimbingan yang Dibutuhkan
Pemimpin tetap bertanggung jawab untuk menyediakan bimbingan, pelatihan, dan dukungan yang diperlukan kepada anggota kelompok agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Keputusan Diberikan Kepada Anggota Kelompok
Anggota kelompok memiliki kebebasan untuk membuat keputusan terkait pekerjaan dan proyek yang mereka tangani.
Toleransi terhadap kesalahan
Pemimpin mendorong anggota kelompok untuk belajar dari kesalahan dan tidak menghukum secara berlebihan atas kesalahan yang terjadi.
Tanggung jawab berada pada pemimpin
Meskipun anggota kelompok memiliki otonomi dalam mengambil keputusan, tanggung jawab akhir atas hasil dan arah kerja ada pada pemimpin untuk memastikan proyek dapat diselesaikan dengan baik.
Contoh Penerapan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire di Berbagai Bidang
Kepemimpinan Laissez-faire paling efektif ketika orang yang Anda pimpin memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Anggota kelompok seharusnya mandiri, dapat diandalkan, ambisius, dan percaya diri dengan kemampuan mereka.
Meskipun tidak ada yang sempurna dan kesalahan tak dapat sepenuhnya dihindari, gaya kepemimpinan ini cocok untuk para ahli yang sangat terampil yang membutuhkan sedikit atau bahkan tanpa pengawasan.
Gaya kepemimpinan laissez-faire juga bermanfaat untuk diterapkan dalam situasi tertentu. Pada proyek atau bidang kerja di mana tim Anda perlu memiliki kreativitas, mengatur setiap detail secara ketat dapat menghambat kreativitas. Di situasi inilah waktu paling tepat untuk menerapkan gaya kepemimpinan laissez-faire.
Biasanya gaya kepemimpinan laissez-fire digunakan di industri seperti periklanan, hiburan, teknologi, dan pembelian ritel. Berikut adalah contoh-contoh bagaimana kepemimpinan laissez-faire terlihat dalam situasi tersebut:
Periklanan
Pemimpin sebuah perusahaan periklanan merekrut social media strategist, dan mempercayakan mereka untuk mengelola strategi media sosial klien demi mencapai tujuan pemasaran.
Teknologi
Pemilik perusahaan teknologi dapat merekrut inovator handal untuk berpikir out of the box dan dapat membuka jalan baru bagi perusahaan tersebut. Steve Jobs adalah salah satu contoh dari kesuksesan kepemimpinan laissez-faire di dunia teknologi.
Fashion/Ritel
Pemilik sebuah butik pakaian kecil mempercayai pembeli ritel mereka yang merupakan ahli dalam memprediksi dan mengikuti tren mode untuk mengatur koleksi musim panas toko mereka tanpa perlu mengevaluasi dan menyetujui setiap barang dalam koleksi tersebut.
Selain itu, gaya kepemimpinan laissez-faire juga dapat diterapkan di bidang-bidang lain seperti:
Di Sekolah
Seorang guru bertindak sebagai pengamat, memberi siswa kebebasan untuk mengatur aktivitas mereka sesuai dengan keinginan.
Guru tidak memberlakukan harapan yang kaku dan terlihat kurangnya disiplin di dalam kelas. Siswa dapat menentukan sebagian besar langkah pembelajaran mereka sendiri, dengan sedikit panduan dari guru.
Di Tempat Kerja
Para pemimpin dan supervisor dalam organisasi cenderung mengambil peran yang lebih terbelakang dan memberikan karyawan kebebasan untuk membuat keputusan terkait pekerjaan mereka.
Mereka bahkan mungkin membiarkan karyawan menentukan tenggat waktu sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugas. Umpan balik dan arahan dari pimpinan sering terbatas, memberikan ruang bagi karyawan untuk mengelola tugas mereka dengan cara yang mereka pilih.
Pemerintahan
Seorang pemimpin politik yang menganut gaya kepemimpinan Laissez-faire akan cenderung memberikan ruang kepada bawahan untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas inisiatif mereka.
Pemimpin ini memberikan sedikit arahan atau campur tangan langsung, membiarkan bawahan menangani tanggung jawab mereka sendiri dengan sejumlah kebebasan dan otonomi.
Kelebihan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
Seperti halnya jenis kepemimpinan lainnya, gaya laissez-faire memiliki kelebihannya tersendiri. Ketika gaya kepemimpinan ini digunakan dalam situasi dan yang tepat, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh.
Gaya kepemimpinan laissez-faire mendorong kebebasan, anggota tim lebih mandiri, produktif, dan percaya diri untuk terus memegang kendali atas pekerjaan mereka sendiri. Semua ini memberikan tim Anda kesempatan untuk tumbuh dengan turun tangan langsung dan belajar seiring berjalannya waktu.
Selain itu gaya kepemimpinan ini dapat mendorong anggota kelompok untuk dapat bekerja sesuai keinginan mereka, membuat keputusan sendiri, dan menghadapi tantangan.
Fleksibilitas gaya kepemimpinan ini menciptakan lingkungan yang rendah tekanan yang mempromosikan inovasi, kreativitas, dan kolaborasi. Gaya kepemimpinan ini juga menjaga setiap orang bertanggung jawab atas pekerjaan mereka seperti anggota tim yang bertanggung jawab atas tugas mereka sendiri, dan pemimpin yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan tim, sehingga membuat setiap orang yang terlibat lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka.
Secara ringkas, berikut adalah kelebihan lain dari gaya kepemimpinan laissez-faire:
Mendorong pertumbuhan pribadi
karena para pemimpin cenderung tidak campur tangan secara intensif, karyawan memiliki kesempatan untuk terlibat secara langsung. Gaya kepemimpinan ini menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota kelompok yang terlibat.
Mendorong inovasi
Kebebasan yang diberikan kepada karyawan dapat mendorong kreativitas dan inovasi.
Memungkinkan pengambilan keputusan lebih cepat
Karena tidak ada pengaturan yang ketat, karyawan di bawah kepemimpinan laissez-faire memiliki otonomi untuk membuat keputusan mereka sendiri. Mereka dapat mengambil keputusan dengan cepat tanpa menunggu berminggu-minggu untuk proses persetujuan.
Kapan Sebaiknya Anda Menggunakan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire?
Untuk memanfaatkan kelebihan dari gaya kepemimpinan laissez-faire yang sudah MyRobin bahas sebelumnya, ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi. Misalnya, jika tim Anda terdiri dari orang-orang yang sangat terampil dan berpengalaman, mampu bekerja secara mandiri, pendekatan ini mungkin berhasil karena anggota kelompok adalah ahli dan memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk bekerja secara mandiri.
Gaya ini sangat efektif dalam situasi di mana anggota kelompok memiliki pengetahuan yang lebih mendalam daripada pemimpin kelompok. Gaya laissez-faire memungkinkan mereka untuk menunjukkan pengetahuan mendalam dan keterampilan mereka mengenai subjek tertentu.
Otonomi ini dapat memberikan kebebasan bagi beberapa anggota kelompok dan membantu mereka merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka. Gaya laissez-faire dapat digunakan dalam situasi dimana para pengikut memiliki tingkat motivasi intrinsik dan gairah yang tinggi terhadap pekerjaan mereka.
Jika Anda memiliki pendekatan kepemimpinan yang lebih laissez-faire, ada bidang dan situasi tertentu di mana Anda mungkin cenderung lebih berhasil.
Dalam bidang kreatif: Bekerja dalam bidang kreatif di mana orang cenderung sangat termotivasi, terampil, kreatif, dan berdedikasi pada pekerjaan mereka, gaya kepemimpinan ini dapat mendorong mereka memperoleh hasil yang lebih baik.
Saat bekerja dengan tim yang mandiri: Pemimpin laissez-faire umumnya unggul dalam memberikan informasi dan latar belakang pada awal proyek, yang dapat sangat berguna untuk diterapkan pada tim yang mandiri.
Selama tahap awal proyek: Dengan memberikan arahan, panduan, dan sumber daya yang dibutuhkan kepada anggota tim, mereka akan memiliki pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas sesuai arahan.
Kapan Sebaiknya Anda Menghindari Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire?
Sebelumnya sudah MyRobin jelaskan mengenai situasi atau bidang di mana gaya kepemimpinan laissez-faire dapat bekerja dengan efektif, seperti dalam bidang kreatif atau dengan tim yang mandiri. Sebaiknya Anda tidak menggunakan gaya kepemimpinan ini dalam secara keseluruhan, memadukannya dengan gaya kepemimpinan lain dapat menjadi pilihan yang lebih bijak.
Gaya kepemimpinan laissez-faire mungkin paling efektif selama tahap awal ketika produk atau ide sedang dipikirkan atau diciptakan. Namun, begitu desain produk telah siap dan produk siap untuk produksi, mungkin lebih baik beralih ke gaya yang melibatkan lebih banyak arahan dan pengawasan.
Namun secara umum, gaya kepemimpinan laissez-faire sebaiknya dihindari dalam:
Situasi di mana efisiensi dan produktivitas tinggi adalah prioritas utama
Beberapa orang tidak terampil dalam menetapkan tenggat waktu sendiri, mengelola proyek mereka sendiri, dan menyelesaikan masalah sendiri. Di bawah gaya kepemimpinan ini, proyek dapat menjadi tidak efektif dan deadline dapat terlewat saat anggota tim tidak mendapatkan cukup bimbingan atau umpan balik dari pemimpin.
Di situasi dimana efisiensi dan produktivitas tinggi merupakan prioritas utama, Anda perlu meningkatkan efektivitas bisnis Anda. Outsourcing dapat menjadi solusi untuk mencapainya.
Dengan mempercayakan sebagian pekerjaan atau fungsi bisnis kepada pihak outsourcing, Anda dapat meningkatkan efisiensi operasional perusahaan Anda.
Anda dapat mengalihkan tugas-tugas tertentu, seperti pemasaran digital, warehouse dan logistik, serta perekrutan dan pengelolaan pekerja kepada MyRobin, selaku perusahaan outsourcing dan BPO on-demand yang telah berpengalaman di bidangnya. MyRobin dapat menyalurkan pekerja profesional dari berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan Anda kurang dari 24 jam. Pelajari selengkapnya produk dan layanan MyRobin disini!
Situasi yang membutuhkan pengawasan, ketelitian, dan perhatian terhadap detail yang besar.
Dalam lingkungan kerja yang penuh resiko di mana setiap detail harus sempurna dan diselesaikan dengan tepat waktu, gaya yang lebih otoriter mungkin lebih tepat untuk digunakan
Tim yang tidak pandai menetapkan tenggat waktu atau mengelola proyek
Menggunakan pendekatan laissez-faire dalam situasi ini dapat menyebabkan deadline menjadi terlewat dan kinerja tim yang buruk, terutama jika anggota kelompok tidak tahu apa yang perlu mereka lakukan atau tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk melakukan tugas dengan sedikit atau bahkan tanpa arahan.
Kekurangan Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire
Bergantungnya gaya kepemimpinan laissez-faire pada kemampuan individu setiap anggota kelompok membuat gaya ini tidak efektif dalam situasi dimana anggota tim tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas dan membuat keputusan. Hal ini dapat mengakibatkan kinerja pekerjaan yang buruk.
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai kekurangan gaya kepemimpinan laissez-faire:
Kurangnya kejelasan peran
Dalam beberapa situasi, gaya laissez-faire mengakibatkan peran yang kurang terdefinisi dalam kelompok karena setiap anggota tim mendapatkan sedikit atau bahkan tidak ada bimbingan sama sekali, mereka mungkin tidak benar-benar yakin tentang peran mereka dalam kelompok dan apa yang seharusnya mereka lakukan.
Keterlibatan yang buruk dengan kelompok
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan laissez-faire sering dianggap tidak terlibat dan jauh dari anggota timnya, yang dapat mengakibatkan kurangnya kekompakan dalam kelompok. Karena pemimpin tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi, anggota tim terkadang menjadi tidak terlalu peduli pada proyek.
Rendahnya tanggung jawab
Beberapa pemimpin memanfaatkan gaya ini sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab atas kegagalan kelompok. Ketika tujuan tidak tercapai, pemimpin dapat menyalahkan anggota tim karena tidak menyelesaikan tugas atau tidak memenuhi harapan.
Pasivitas
Pada tingkat yang terburuk, kepemimpinan laissez-faire mewakili sikap pasif atau bahkan menghindari kepemimpinan yang sebenarnya. Dalam kasus seperti itu, para pemimpin ini tidak melakukan upaya untuk memotivasi para pengikut, tidak mengakui upaya anggota tim, dan tidak melakukan upaya untuk terlibat dengan kelompok.
Demikian merupakan artikel mengenai gaya kepemimpinan laissez-faire. Kunjungi Blog MyRobin untuk mendapatkan informasi terkini terkait bisnis, karir, hingga HRD.