New Logo MyRobin
Search
Close this search box.

Perbedaan Blue Collar dan White Collar Beserta Contoh Pekerjaannya

perbedaan blue collar dan white collar

Dalam dunia kerja, terdapat kelompok atau golongan pekerja tertentu yang sering sekali dibeda-bedakan. Banyak stereotipe masyarakat yang membandingkannya, sehingga kedua golongan ini mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. Kelompok ini yaitu blue collar (kerah biru) dan white collar (kerah putih). 

Nah, apa saja perbedaan blue collar dan white collar? Kira-kira pekerjaan apa yang cocok untuk mereka tekuni? Yuk, perdalam pengetahuan kamu di sini!

Apa Itu Blue Collar?

Istilah blue collar atau kerah biru ini mengacu pada pekerjaan yang menggunakan tenaga fisik atau manual. Pekerjaan blue collar ini banyak ditemukan di berbagai industri seperti manufaktur, logistik, pertambangan, kontruksi, agribisnis, dan masih banyak lagi. 

Pekerja blue collar lebih sering bekerja di luar ruangan dibandingkan duduk manis di depan komputer dengan ruangan yang dingin. Mereka akan menghabiskan hampir seluruh waktu bekerjanya di pabrik, gudang, workshop, maupun area tertentu tergantung dari bidang kerjanya. 

Disebut sebagai kerah biru, karena orang yang melakukan pekerjaan ini sering menggunakan baju atau seragam kerja berwarna biru seperti overall, kemeja denim biru, atau boiler suits. Warna biru dipilih agar tidak terlalu terlihat kotor saat digunakan bekerja, entah itu karena cipratan oli, debu kendaraan, atau noda pada mesin.

Pekerjaan blue collar sering dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Sebab, tampilan mereka selalu lusuh karena bekerja secara kasar atau menggunakan kekuatan fisiknya saat bekerja. Bahkan, mereka juga tidak perlu pendidikan yang tinggi dan keterampilan spesifik untuk bisa bekerja. Tidak hanya itu saja, umumnya gaji yang mereka dapatkan pun relatif kecil dan dibayarkan per jam atau per hari tergantung kebijakan perusahaannya. Maka dari itu, tak heran bila banyak orang mempunyai stigma yang buruk terhadap blue collar. 

Apa Itu White Collar?

Istilah white collar atau kerah putih menunjukkan pekerjaan profesional yang minim menggunakan kekuatan fisik atau manual. Sesuai dengan namanya, orang yang melakukan pekerjaan white collar lebih sering menggunakan kemeja putih, setelan jas, dan berdasi four in hand knot.

Pekerjaan white collar meliputi pekerjaan administratif, manajerial, dan profesional yang lebih banyak mengandalkan otak daripada fisik. Pekerjaan seperti ini tentu saja hanya kamu temukan di dalam ruangan seperti kantor, coworking space, studio, dan lainnya.

Selain itu, untuk bekerja sebagai pekerja white collar seseorang harus mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, atau setidaknya bergelar sarjana. Tidak hanya itu saja, keahlian yang dimiliki pun harus spesifik dan sesuai dengan bidang kerja yang dipilih. Jadi, bisa dibilang untuk pekerjaan white collar tidak sembarang orang bisa melakukannya, harus ada kemampuan dan pengalaman yang mumpuni. 

Banyak orang yang menganggap bahwa pekerjaan white collar mempunyai masa depan yang cerah. Sebab, selain karena bidang pekerjaan mereka mempunyai jenjang karir yang jelas, namun gaji yang mereka terima pun sebagian besar diatas rata-rata upah minimum dan terdapat bonus, tunjangan, hingga asuransi kesehatan. Hal inilah yang membuat white collar diunggulkan dan dipandang baik oleh masyarakat.

Perbedaan Blue Collar Vs White Collar

Penggolongan pekerja berdasarkan warna kerah ini pertama kali dicetuskan oleh seorang novelis bernama Upton Sinclair dan kemudian mulai populer di kalangan pekerja pada tahun 1923. Bahkan pada tahun berikutnya yakni 1924, istilah blue collar dan white collar ini dimuat dalam koran bernama The Times yang terbit di Alden, Lowa, Amerika Serikat. 

Di mata banyak orang, kedua istilah pekerja ini sudah mempunyai stigma masing-masing, seperti pekerja white collar dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi daripada pekerja blue collar. Hal ini didasarkan pada cara mereka bekerja yang dibalik meja dan segala kepastian upah dan tunjangannya. Sebaliknya, pekerja blue collar tidak dipandang demikian karena mereka banyak bekerja di luar ruangan dan mempunyai gaji atau penghasilan yang tidak pasti. 

Agar kamu memahami lebih jelas mengenai perbedaan kedua jenis pekerja ini, kamu harus melihat poin-poin di bawah ini:

Pendidikan

Hal pertama yang membedakan pekerja blue collar dan white collar adalah latar belakang pendidikannya. Pekerjaan white collar cenderung membutuhkan pekerja yang setidaknya mempunyai gelar sarjana atau bahkan magister untuk posisi yang lebih tinggi seperti manajer atau direktur. 

Sementara itu, untuk pekerjaan blue collar biasanya tidak membutuhkan pendidikan yang terlalu tinggi. Pekerjaan ini lebih mengutamakan pekerja dengan latar belakang pendidikan kejuruan atau vokasi. Pekerja blue collar terkadang bisa didapatkan melalui program magang yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikannya atau kerja sama dengan perusahaan terkait.

Dari segi keahlian, pekerjaan white collar lebih membutuhkan keahlian atau keterampilan yang lebih spesifik. Misalnya, untuk menjadi akuntan kamu perlu kemampuan berhitung, analisis data, pengetahuan bisnis dan akuntansi, serta ketelitian yang tinggi. 

Berbeda dengan pekerjaan blue collar, seseorang hanya membutuhkan satu atau dua keahlian saja, seperti mampu mengoperasikan alat dan mempunyai pengetahuan dasar tentang mesin. Untuk kemampuan interpersonal, biasanya tidak terlalu diutamakan dalam pekerjaan lapangan. 

Lingkungan kerja

Selain latar belakang pendidikan, lingkungan kerja antara blue collar dan white collar juga berbeda. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pekerja blue collar lebih banyak menghabiskan waktu kerjanya di luar ruangan seperti pabrik, warehouse, maupun workshop. Sedangkan, pada pekerja white collar mereka cenderung bekerja di lingkungan kantor lengkap dengan meja dan komputer. 

Salah satu alasan mengapa white collar lebih diunggulkan oleh banyak orang adalah karena tempat kerja mereka penuh dengan fasilitas yang memadai dan mendukung pekerjaan. Contohnya seperti adanya ruang meeting, pantry, cafetaria, bahkan ruang untuk beristirahat. Apalagi saat ini banyak perusahaan dengan pekerja white collar menerapkan sistem kerja jarak jauh atau dari rumah. Tentu hal ini sangat menguntungkan bagi pekerja white collar. 

Sebaliknya, para pekerja blue collar biasanya tidak mendapatkan fasilitas seperti itu. Hal ini karena mereka lebih banyak di area outdoor dan manajemen jarang menyediakan fasilitas yang sama seperti pekerja white collar.

Tugas dan tanggung jawab

Selanjutnya, tugas dan tanggung jawab dari kedua jenis pekerja ini juga tentu berbeda. Jika pekerja white collar umumnya mempunyai tugas yang berhubungan manajerial, klerikal, atau administratif, berbeda halnya dengan pekerja blue collar yang lebih banyak terlibat dalam pekerjaan yang menggunakan alat berat, mesin, atau kendaraan. 

Bisa dikatakan job desk white collar ini lebih spesifik, mulai dari menyusun strategi, komunikasi, hingga implementasi ide untuk pengembangan perusahaan. Sedangkan, untuk blue collar biasanya fokus mengelola satu hal saja seperti mengoperasikan peralatan produksi atau melakukan pendataan barang saja.

Jadi, tak heran bila pekerja white collar harus mempunyai beberapa kemampuan pendukung, karena memang mereka bertanggung jawab mulai dari perencanaan hingga eksekusi atau implementasinya. 

Gaji

Perbedaan lainnya dari pekerja white collar dan blue collar adalah berdasarkan gaji yang mereka dapatkan. Sebenarnya nominal gaji yang diperoleh pun bisa jadi sama di antara keduanya tergantung dari jenis pekerjaannya, namun untuk beberapa pekerjaan seperti buruh bangunan, kurir, atau driver biasanya mempunyai gaji yang cukup rendah daripada pekerjaan lainnya. 

Selain dari segi nominal, sistem penggajian mereka pun juga berbeda. Pekerja white collar rata-rata dibayar berdasarkan jumlah jam kerja 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja, atau 8 jam/hari. Sehingga, gaji yang diperoleh pun akan selalu konsisten setiap bulannya.

Sementara untuk pekerja blue collar, sebagian besar dari mereka bekerja dengan sistem shift dengan jumlah kerja yang terkadang bisa lebih dari 40 jam/minggu. Hal ini membuat penghasilan atau gaji mereka tidak stabil atau tetap tiap bulannya. Beberapa perusahaan bahkan ada yang menggaji pekerja blue collar tiap jam. Jadi, jumlah gaji mereka tergantung dari berapa lama mereka bekerja. Jika ingin mendapatkan jumlah yang lebih besar, maka mereka harus bekerja lembur atau lebih lama lagi. 

Jenis Pekerjaan

Perbedaan yang terakhir yaitu jenis pekerjaan yang dilakukan. Berbeda dengan pekerja white collar, para pekerja blue collar seringkali mempunyai pekerjaan ganda dan cenderung bisa bekerja di berbagai bidang yang berbeda. Hal ini karena job desk mereka tidak sebanyak pekerja white collar, sehingga mereka mempunyai banyak waktu luang untuk mengambil pekerjaan lain. 

Berikut adalah beberapa contoh jenis pekerjaan dari white collar dan blue collar beserta gaji rata-rata yang mereka peroleh:

White collar

  • Akuntan: Rp 3.922.260 per bulan
  • HR manager: Rp 10.537.957 per bulan
  • Market research analyst: Rp 6.561.891 per bulan
  • Software engineer: Rp 7.442.943 per bulan
  • Customer service: Rp 3.588.290 per bulan

Blue collar

  • Staf logistik: Rp 3.565.998 per bulan
  • Teknisi servis: Rp 3.533.772 per bulan
  • Buruh harian: Rp 187.308 per hari
  • Distributor barang: Rp 5.051.047 per bulan
  • Buruh pabrikan: Rp 2,920,000 per bulan

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai perbedaan white collar dan blue collar. Bagaimana sudah tidak bingung lagi kan sekarang? Nah, jika kamu ingin tahu informasi menarik lainnya seputar dunia kerja, yuk langsung kunjungi Blog MyRobin sekarang juga!

MyRobin juga menyediakan beragam pekerja blue collar dan white collar untuk disalurkan kepada bisnis kamu secara on-demand kurang dari 24 jam! Pelajari lebih lanjut mengenai layanan outsourcing MyRobin di sini

Selalu cek App MyRobin untuk melihat beragam lowongan blue collar dan white collar terbaru

Peluang bekerja di perusahaan ternama

Membangun jaringan karir, mengembangkan skill, serta dapatkan berbagai kemudahan dan manfaat lainnya

Bagikan artikel ini:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Pinterest
Artikel terkait

Cepat kerja, banyak untungnya pula!