New Logo MyRobin
Search
Close this search box.

The Psychology of Money: Ulasan Singkat dan Tips Keuangan yang Bisa Diterapkan 

The Psychology of Money

Bagi sebagian orang mungkin uang bukanlah segalanya, namun ada juga yang beranggapan bahwa untuk bisa bahagia kita membutuhkan uang. Dengan mempunyai uang tentu hidup kita akan menjadi lebih mudah, namun di lain sisi juga dapat membuat kita sengsara. Pandangan setiap orang terhadap uang memang berbeda-beda, seperti halnya yang dijelaskan dalam buku The Psychology of Money karya Morgan Housel. 

Dalam buku ini, Morgan Housel menjelaskan tentang bagaimana cara seseorang berperilaku terhadap uang. Mulai dari mengelola pikiran, emosi, hingga perilaku ketika sudah berhadapan dengan uang.

The Psychology of Money memuat 19 cerita pendek yang berisi cara seseorang mengambil keputusan dengan berbagai sudut pandang yang berbeda terhadap uang. Di bawah ini adalah ulasan singkat mengenai buku The Psychology of Money dan beberapa tips keuangan yang bisa Anda terapkan dari buku ini.

Tentang The Psychology of Money

Sesuai namanya, buku ini menggambarkan jika kondisi keuangan dapat dipengaruhi oleh psikologi atau pola pikir seseorang. Buku yang ditulis oleh Morgan Housel ini terdiri dari 262 halaman dan terbagi atas 19 cerita pendek.

The Psychology of Money termasuk salah satu buku yang best seller di Amerika Serikat dan sudah diterjemahkan ke dalam 26 bahasa, tak terkecuali bahasa Indonesia. Bahkan hingga saat ini, buku The Psychology of Money masih terpajang di rak buku terlaris di toko-toko buku di Indonesia. 

Sebagai informasi, Morgan Housel adalah salah satu partner di The Collaborative Fund serta seorang mantan kolumnis di The Motley Fool dan The Wall Street Journal. Penulis yang satu ini mempunyai segudang prestasi seperti, pemenang Perhargaan Bisnis Terbaik dari Society of American Business Editor and Writers sebanyak dua kali, pemenang New York Times Sydney Award, dan finalis Penghargaan Gerald Lobe untuk Distinguished Business dan Jurnalisme Keuangan. 

Melalui buku ini, Morgan Housel ingin menyampaikan bahwa pada dasarnya perilaku seseorang terhadap uang mampu mempengaruhi kondisi keuangan daripada pengetahuan tentang keuangan yang dimilikinya. Dengan kata lain, seseorang dengan latar belakang pendidikan finansial tak menjamin mampu mengelola kondisi keuangannya dengan baik. “Untuk menjadi orang kaya, kita tidak harus menjadi pintar. Karena mengatur uang adalah suatu soft skill”, ungkap Morgan Housel dalam bukunya. 

Hal-hal Menarik dari The Psychology of Money

Ada beberapa hal menarik dan unik yang bisa didapatkan dari buku The Psychology of Money karya Morgan Housel ini. Diantaranya yaitu:

Kepintaran Tidak Menjamin Hidup Sejahtera

Berkaca dari kisah nyata yang diangkat dalam buku ini, yaitu kisah dari Ronald James Read seorang petugas kebersihan pom bensin Amerika Serikat, dan Richard Fuscone seorang eksekutif di perusahaan manajemen investasi Merril Lynch, Morgan Housel ingin pembaca mengerti bahwa setiap orang mempunyai sudut pandang yang berbeda terhadap uang, terlepas mereka mempunyai pengetahuan dan profesi dalam bidang ekonomi atau tidak.  

Ronald tidak mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi dan penghasilannya tidak sebanyak Richard. Namun, Ronald ternyata lebih mampu mengelola keuangannya daripada Richard. Sebab, Ronald mempunyai perilaku dan gaya hidup yang sederhana, selalu rajin menabung untuk masa depan, serta sering menyisihkan uangnya untuk dibagikan ke perpustakaan dan rumah sakit. Hal ini membuat Ronald berhasil mengumpulkan uang sebanyak 8 juta USD atau setara 114,6 miliar Rupiah pada akhir hayatnya. 

Berbeda dengan Richard Fuscone, meskipun seorang eksekutif di perusahaan besar dan lulusan Universitas Harvard, ia tidak mampu mengumpulkan banyak uang untuk masa depannya. Hal ini karena Richard mempunyai perilaku dan gaya hidup yang sangat boros, hingga membuatnya harus beberapa kali berhutang. Bahkan, ia harus mengalami kebangkrutan pada krisis ekonomi tahun 2008 lalu. 

Dari dua kasus di atas, Anda dapat memahami bahwa latar belakang pendidikan tinggi dan profesi yang mapan belum tentu bisa menjamin kesejahteraan hidup. Semua dapat terkelola dengan baik bila seseorang mempunyai sudut pandang dan perilaku yang bijak terhadap uang. 

Rasa iri dapat membutakan segalanya

Terkadang walaupun kita sudah mempunyai kekayaan yang cukup, namun seringkali timbul rasa iri kepada orang lain. Hal ini juga dialami oleh Raja Gupta yang berasal dari Kolkata, India. Meskipun ia sudah mempunyai kekayaan yang mencapai USD 100 juta, namun hanya karena mendengar berita bahwa Warren Buffet akan berinvestasi sekitar USD 5 miliar kepada Bank Goldman Sachs, Raja Gupta rela membeli saham ilegal sebanyak 175 ribu lembar dari bank tersebut. 

Mengapa disebut ilegal? Karena Raja Gupta menghubungi manajer investasi terlebih dahulu sebelum informasi terkait pembelian saham oleh Warren Buffet dipublikasikan kepada masyarakat. Melalui cara ini, ia berhasil meraup keuntungan sebesar USD 1 juta dan tidak peduli dengan tindakan insider trading yang sudah dilakukannya. Sayangnya, akibat perbuatannya tersebut ia dijatuhi hukuman penjara dan hampir seluruh kekayaannya raib. 

Dari kisah ini dapat diambil pelajaran bahwa, keserakahan dan rasa iri dapat membuat kita gegabah dalam bertindak atau mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang matang. Bahkan, “biaya” untuk menebus tindakan tersebut pasti akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, Anda harus selalu bersyukur dan merasa cukup atas apa yang sudah Anda dapatkan saat ini.

Lebih sulit mempertahankan kekayaan daripada mendapatkannya

“Getting money is one thing, keeping it is another”. Yap, ini adalah salah satu ungkapan dalam buku The Psychology of Money yang ditulis oleh Morgan Housel. Maksudnya adalah, mendapatkan uang dan mempertahankan uang adalah dua hal yang berbeda.

Untuk mendapatkan uang, tentu kita bisa melakukan banyak cara, misalnya dengan bekerja, membantu orang lain, dan sebagainya. Namun, untuk mempertahankan uang tersebut bisa dibilang lebih sulit dan hanya ada satu cara untuk melakukannya yaitu mempunyai mindset hidup sederhana dan rasa takut. 

Ketika ingin memperoleh lebih banyak uang, Anda hanya perlu berani mengambil risiko dan selalu optimis dalam bertindak. Sedangkan, jika Anda ingin mempertahankan apa yang sudah Anda dapatkan tersebut, Anda membutuhkan mindset yang 180 derajat bertentangan yaitu lebih sederhana dan mempunyai rasa takut akan kehilangan uang.

Dalam hal ini, manajemen keuangan Anda harus baik agar kondisi keuangan Anda kokoh atau tidak mudah goyah. Misalnya dengan membagi beberapa bagian kekayaan untuk investasi konservatif dan agresif. Selalu itu, Anda juga harus menyusun rencana keuangan sebagai bentuk antisipasi apabila Anda mengalami kegagalan. Jika opsi pertama gagal, Anda masih bisa menggunakan opsi kedua untuk mengatasinya. 

Rich ≠ Wealth

Pada dasarnya, rich dan wealth dalam bahasa Inggris mempunyai arti yang sama yaitu kaya dan kekayaan. Namun, menurut The Psychology of Money kedua hal ini sebenarnya berbeda. Dimana, rich merupakan kata yang menggambarkan ketika Anda membelanjakan uang untuk membeli barang-barang yang bisa ditunjukkan kepada orang lain, contohnya seperti mobil, perhiasan, rumah, dan sebagainya. Sebaliknya, wealth adalah kekayaan yang tidak terlihat oleh banyak orang seperti investasi dan tabungan. 

Morgan Housel disini ingin menyampaikan bahwa banyak orang yang ingin menjadi kaya agar bisa membuat orang lain terkesan. Jika Anda mempunyai mindset seperti ini, maka Anda akan terjebak dalam jurang keserakahan, selalu merasa kurang, dan timbul rasa iri seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya. 

Seperti yang kita tahu, orang yang benar-benar kaya tidak akan menunjukkan bahwa mereka kaya. Bahkan, tak jarang dari mereka yang memilih tetap berpenampilan sederhana dan tidak menonjol. Daripada menggunakannya waktunya untuk show off atau flexing, mereka lebih memanfaatkan waktunya untuk menggali lebih banyak kekayaan. 

Memutuskan keuangan sering tidak berdasarkan data

Mungkin banyak diantara kita yang sering memutuskan keuangan tidak berdasarkan laporan keuangan atau data-data valid. Melainkan dipengaruhi oleh iklan, provokasi, atau perasaan emosional seperti rasa iri, sombong, serakah, maupun haus pengakuan. Hal ini tak jarang membuat kita menjadi terbiasa memutuskan sesuatu yang penting di atas meja makan, meeting, atau saat di mana banyak orang berkumpul dan saling mempengaruhi. 

Sebagai contoh, Anda sebenarnya hanya ingin membeli sayur dan ikan saja di supermarket, namun rekan kerja Anda memberitahu bahwa ada diskon besar untuk produk elektronik di sana. Jika Anda mudah terpengaruh oleh sekitar, maka Anda akan tergoda untuk membeli produk elektronik tersebut, yang mana padahal sebenarnya Anda tidak terlalu membutuhkannya. 

Inilah yang membuat Anda menjadi konsumtif dan boros karena membeli hal-hal yang tidak berguna. Oleh karena itu, penting untuk memutuskan suatu hal terkait uang berdasarkan laporan, anggaran, atau data-data keuangan Anda. Dengan begitu, Anda akan menjadi pribadi yang hemat dan lebih bijak dalam mengelola keuangan.

Pengalaman berpengaruh dalam keputusan keuangan

Perlu Anda ketahui, pengalaman seseorang mampu mempengaruhi keputusannya dalam menggunakan uang. Dalam buku The Psychology of Money ini, ditunjukkan contoh bagaimana cara memandang pasar saham bagi orang yang lahir pada tahun 70-an dan 50-an. Pada usia remaja, orang-orang yang lahir pada tahun 50-an menganggap pasar saham bukan aset yang menguntungkan, karena memang pada era tersebut pasar saham hampir tidak mengalami pertumbuhan. Beda halnya dengan generasi tahun 70-an, mereka berlomba-lomba untuk berinvestasi saham karena pasar saat itu sedang mengalami kenaikan yang pesat hingga 10x lipat. 

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, setiap orang pasti mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, sehingga pengambilan keputusan dalam hal keuangan pun juga tidak akan sama. Dalam hal ini bisa saja disebabkan oleh masa lalunya. 

Tips Keuangan Ala The Psychology of Money

Dari buku The Psychology of Money karya Morgan Housel, setidaknya ada beberapa poin yang bisa Anda aplikasikan dalam mengelola keuangan. Diantaranya yaitu:

Ambil keputusan keuangan berdasarkan pengalaman pribadi

Setiap orang mempunyai pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga hal ini membuat mereka mempunyai sudut pandang serta keputusan keuangan yang berbeda-beda juga. 

Misalnya, seseorang yang berasal dari keluarga kaya mungkin tidak membutuhkan waktu lama untuk memutuskan barang mana yang akan dibeli. Berbeda halnya dengan yang dari keluarga miskin, pasti mereka membutuhkan banyak pertimbangan sebelum menggunakan uangnya. 

Maka dari itu, jadikan pengalaman pribadi Anda dalam mengambil keputusan keuangan. Dalam hal ini termasuk menggunakan laporan atau anggaran keuangan Anda sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Sebisa mungkin, jangan terpengaruh oleh orang lain, sebab belum tentu Anda dapat mempunyai keuntungan atau manfaat yang sama dengan mereka. Selain itu, Anda juga dapat terhindar dari perilaku konsumtif dan boros.

Bedakan kebahagiaan dan keserakahan

Banyak orang yang menganggap bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan, namun uang bisa membantu seseorang mendapatkan sumber kebahagiaannya. Contohnya seperti makanan, pakaian, liburan, dan sebagainya. Sebenarnya, tidak ada parameter tetap untuk mengukur kebahagiaan seseorang, seperti halnya yang disampaikan dalam buku ini. 

Ada yang bahagia setelah membeli barang-barang branded impiannya, namun ada juga yang bahagia karena bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Artinya, ketahui batas kemampuan Anda dalam hal keuangan. Jangan sampai menjadikan uang sebagai sumber kebahagiaan namun membuat Anda menjadi serakah. 

Cari tahu hal-hal yang membuat Anda bahagia namun dalam batas kemampuan Anda. Misalnya, Anda bahagia bila bisa mencoba makanan enak di restoran. Karena keuangan Anda bulan ini menipis, maka Anda bisa membuat sendiri makanan yang dijual di restoran tersebut. Ajak orang-orang yang Anda sayangi untuk memasak dan makan bersama, hal ini akan memberikan Anda kebahagiaan yang berbeda namun berkesan. 

Ketahui dan utamakan prioritas

Jika Anda ingin bijak dalam mengelola keuangan, ketahui dan utamakan prioritas Anda. Pastikan kebutuhan primer Anda terpenuhi terlebih dahulu, baru kemudian bila memang ada budget lebih Anda bisa menggunakannya untuk hal lain. Agar lebih mudah, buat rincian kebutuhan berdasarkan urgensinya. Kemudian, catat juga pemasukan yang Anda peroleh tiap bulannya, dengan begitu Anda akan mengetahui mana hal-hal yang harus Anda prioritaskan dan mana yang bisa Anda tunda terlebih dahulu. 

Konsisten

Tips keuangan berikutnya yaitu Anda harus bisa konsisten dalam hal keuangan, baik itu menabung, berinvestasi, atau sekedar berbagi kepada orang lain. Konsistensi akan membantu Anda mencapai keberhasilan finansial, meskipun hanya berupa perubahan yang kecil. Namun, perubahan tersebutlah yang dapat meningkatkan kepercayaan diri Anda sehingga mampu menciptakan perubahan yang lebih besar.

Pilih kekayaan yang tidak terlihat

Banyak orang yang ketika mempunyai kekayaan langsung ditunjukkan kepada orang lain, baik itu berupa mobil, rumah, atau perhiasan. Biasanya orang-orang seperti ini haus akan validasi dan merasa bahwa dirinya mampu dibandingkan yang lain. Anda tidak perlu melakukan tindakan yang dapat membuat Anda menjadi tamak atau serakah nantinya. 

Lebih baik, alihkan uang Anda dalam bentuk kekayaan yang tidak terlihat seperti tabungan atau investasi. Dengan begitu, Anda akan terhindar dari sifat serakah dan rasa iri atas pencapaian orang lain. Keep it yourself!

Nah, itulah penjelasan singkat tentang buku The Psychology of Money karya Morgan Housel yang bisa Anda baca untuk membuka pikiran terkait keuangan. Anda juga bisa menerapkan beberapa tips keuangan di atas dalam kehidupan sehari-hari. Ingin tahu informasi menarik lainnya seputar HRD, bisnis, dan karir? Yuk, kunjungi blog MyRobin sekarang juga!

Peluang bekerja di perusahaan ternama

Membangun jaringan karir, mengembangkan skill, serta dapatkan berbagai kemudahan dan manfaat lainnya

Bagikan artikel ini:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Pinterest
Artikel terkait

Cepat kerja, banyak untungnya pula!