Search
Close this search box.

Yuk! Kenali Toxic Culture Di Lingkungan Kerja, Apa Tempat Kamu Salah Satunya?

apa itu toxic culture dan contohnya

Bekerja di perusahaan impian merupakan dambaan setiap orang. Apalagi jika perusahaan tersebut memiliki kriteria yang diinginkan seperti gaji besar, kantornya bagus, dan berbagai bonus yang diberikan. Namun itu semua tidak semulus apa yang dibayangkan, karena keuntungan dari bekerja bukan hanya sekedar gaji yang didapatkan tapi lingkungan kerja yang baik mampu membuat suasana yang nyaman dan mendukung hubungan harmonis antar sesama pekerja di dalamnya. 

Toxic culture dalam dunia kerja memberikan dampak buruk bagi diri sendiri. Pada dasarnya, lingkungan kerja yang nyaman akan mempengaruhi kualitas kerja kita. Begitupun sebaliknya, lingkungan kerja yang toxic akan menjadi racun karena justru memberikan efek stres, kecemasan, dan depresi, serta menurunkan kinerja dan produktivitas seseorang. Kondisi tersebut juga dapat menyebabkan karyawan tidak senang dengan pekerjaan mereka dan ingin segera meninggalkan perusahaan. Pernah mengalami kondisi seperti ini? Untuk itu, yuk kenali toxic culture yang terjadi di lingkungan kerja di sini!

Pengertian Toxic Work Culture 

Toxic culture adalah istilah untuk menjelaskan lingkungan kerja yang merugikan karyawan yang bekerja di suatu perusahaan. Kultur ini ditandai dengan meningkatnya tekanan, memicu stress, dan pengabaian kesejahteraan karyawan. Seseorang yang berada pada lingkungan kerja seperti itu sering merasa tidak dihargai atau diakui sehingga menyebabkan diskriminasi. Pekerja kerap kali mengalami masalah kesehatan mental dan fisik sampai berdampak pada menurunnya kinerja dan produktivitas kerja akibat budaya toxic yang terjadi.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Mental di Dunia Kerja? Berikut Caranya!

Jenis Lingkungan Kerja Toxic

Ketahui bahwa kamu bisa saja mengalami ke dalam salah satu jenis budaya lingkungan kerja toxic. Berikut ini adalah beberapa toxic culture pada lingkungan kerja yang dibagi pada beberapa kategori:

Hustle culture

Budaya hustle diartikan kepada seseorang yang berfokus pada kerja keras, produktivitas, dan kesuksesan dalam usaha untuk mencapai tujuan karir atau keuangan. 

Ketika kesibukan menjadi hal paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya sampai melibatkan pekerjaan dalam jangka waktu yang lama, mengorbankan waktu luang, kesehatan, serta mengabaikan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Ciri yang menunjukkan tempat kerja memiliki hustle culture:

  • Harus overwork: kamu akan naik gaji atau naik jabatan jika bekerja berlebihan, tuntutan ini dibuat untuk pekerjanya supaya menunjukkan bahwa ia bekerja sangat keras.
  • Kamu bukan dinilai sebagai team player atau bahkan dianggap menghindari pekerjaan jika tidak bekerja sekeras anggota tim lainnya.
  • Merasa diwajibkan untuk menerima semua tugas yang diberikan diluar cakupan pekerjaan utama.
  • Karyawan merasa cepat burnout karena tekanan pekerjaan.

Baca Juga: Apakah Anda Termasuk Workaholic? Cek Ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya disini

Authoritative culture

Authoritative culture sering dianggap sebagai struktur yang cepat dan efisien karena pemimpin dapat mengambil keputusan secepat mungkin dan membuat perubahan dengan cepat pula. Struktur organisasi yang terbentuk di sini akan memberikan kekuasaan yang lebih. Misalnya atasan atau rekan kerja yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan karyawan lainnya cenderung bersikap mendiskriminasi. 

Tanda lingkungan kerja authoritative adalah:

  • Karyawan diharapkan untuk melakukan apa yang diperintahkan tanpa banyak pertanyaan atau diskusi.
  • Tidak memberikan kesempatan untuk karyawan dalam mengemukakan pendapat atau ide-ide.
  • Karyawan merasa tidak diakui atas kontribusi mereka.
  • Kesalahan dibebankan kepada pekerja yang memiliki hierarki rendah. 

Clique culture

Gaya pada budaya kerja ini melibatkan adanya kelompok dominan yang terdiri dari anggota kelompok dengan pemikiran sama. Dalam lingkungan ini, karyawan mungkin tidak akan diterima atau dikeluarkan dari kelompok tersebut apabila memiliki karakteristik yang berbeda.

Ciri clique culture pada lingkungan kerja:

  • Komunikasi dan kerja sama mungkin terbatas hanya pada anggota kelompok tersebut.
  • Terjadinya bullying antar pekerja yang berbeda pandangan.
  • Kurangnya kolaborasi dan kerja sama antar karyawan.
  • Kelompok dominan sering bergosip mengenai karyawan di clique yang berbeda.

Ciri-ciri Toxic Culture di Lingkungan Kerja

Apakah kamu tidak merasa nyaman pada lingkungan tempat bekerja sekarang? Bisa jadi tempat bekerja memiliki toxic culture. Berikut beberapa ciri-ciri umum yang dapat ditemukan dalam budaya toxic:

Jam Kerja Berlebih

Pada sebuah perusahaan, jam kerja memang sudah ditentukan yaitu idealnya 8 jam perhari. Perusahaan seharusnya menjamin keseimbangan antara waktu kerja dengan waktu istirahat. Meskipun terdapat situasi tertentu di mana seseorang harus bekerja lebih dari jam kerja yang telah ditentukan tapi bayangkan jika kamu terlalu sering lembur maka akan menyebabkan lelah dalam bekerja, stress, sampai membuat job performance menjadi tidak maksimal lho.

Baca Juga: Time Management: Pengertian,Karakteristik, Manfaat, Tips, Strategi, Prinsip 4D, Teknik Pomodoro, dan Dampak Buruknya.

Bekerja di Luar Job Desc

Jika sesekali mendapatkan pekerjaan di luar job desc mungkin tidak ada masalah tapi ketika kamu sering mendapatkan pekerjaan di luar posisi atau tugasmu tanpa adanya aturan jelas terkait peran tersebut bisa kemungkinan perusahaan hanya ingin memanfaatkanmu. 

Pimpinan Otoriter

Tidak semua bos memiliki kemampuan manajerial yang baik, ada juga bos yang dipilih karena memang berkompeten di bidang kerjanya tapi bukan di bidang manajemennya sehingga terciptalah kepemimpinan otoriter. Bersikap bossy, semena-mena tanpa memikirkan orang lain dan hanya mementingkan dirinya sendiri adalah pertanda lingkungan kerja ini toxic.

Kesalahan Dianggap Sebagai Hal yang Buruk

Tidak ada seorangpun yang menginginkan untuk melakukan kesalahan di tempat kerja. Apabila ini terjadi dan atasan mecap kamu sebagai pribadi buruk itu merupakan perbuatan yang salah. Melakukan kesalahan bukan berarti tidak memperbaiki, dengan begitu karyawan akan merasa tidak dihargai.

Strict dan Tidak Bebas Berpendapat

Setiap orang bebas memiliki pendapat yang membangun keberlangsungan perusahaan. Berada dalam lingkungan perusahaan yang strict dan tidak bebas berpendapat memungkinkan karyawan untuk takut mengungkapkan pendapat atau ide-ide. Hal ini dapat menghambat inovasi serta kreativitas di dalam perusahaan. Karyawan juga mungkin akan merasa tidak nyaman. 

Kurangnya respect dan penghargaan yang diberikan

Tidak semua orang pandai dalam berkata-kata untuk mengucapkan rasa terima kasih mereka terhadap orang lain. Namun, kurangnya kemampuan verbal berbeda jauh dengan rekan kerja yang kurang respectful. Bila rekan kerja menunjukkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan dan tekanan dari hasil usaha kamu seperti selalu merasa kurang dan terlalu banyak memberikan kritik maka pertanda ini bisa menjadi salah satu ciri toxic culture.  

Cara Hadapi Toxic Culture di Kantor

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi toxic culture di kantor. Seperti berikut ini:

Work-life balance 

Salah satu cara untuk menghadapi toxic culture di kantor adalah dengan menerapkan work-life balance seperti mengatur antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dengan waktu lainnya bisa saja untuk keluarga, teman, hobi, dan kegiatan pribadi lainnya. Dengan begitu, ini akan membantu kamu untuk mengurangi stress berlebihan akibat kerja dan dapat kembali menyegarkan pikiran. 

Hindari Drama

Drama yang terjadi pada lingkungan kantor pasti ada saja, tapi menghindari keterlibatan terhadap drama tersebut merupakan cara terbaik. Kamu cukup fokus terhadap dirimu sendiri. Jauhkan pikiran negatif tentang si pembuat “drama” agar tidak memperburuk keadaan.

Mengapresiasi Sesama Rekan

Mengapresiasi sesama rekan dapat membuat kultur yang positif di lingkungan kerja dan membantu untuk mengurangi tingkat toxicity. Karyawan yang merasa dihargai akan lebih mudah bekerja sama dengan rekan kerja lainnya, sehingga dapat memperkuat ikatan tim, juga meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan.

Baca Juga: Pentingnya Feedback Positif dan Bagaimana Cara Menyampaikannya

Memotivasi Diri Sendiri

Fokus pada perbaikan diri kamu dan jangan terlalu terpengaruh oleh lingkungan kerja yang toxic. Ingatlah bahwa kamu dapat mengubah cara pandang dan meningkatkan kualitas hidup diri sendiri. 
Itu dia toxic culture yang terjadi di lingkungan kerja yang perlu diwaspadai. Tempat kerja yang tidak baik akan menghambat perkembangan karier.

Baca Juga: Memahami Motivasi Kinerja dan Cara Meningkatkannya

Cari tahu informasi lowongan pekerjaan terpercaya melalui aplikasi app.myrobin.id untuk mendapatkan peluang karier terbaik.

Peluang bekerja di perusahaan ternama

Membangun jaringan karir, mengembangkan skill, serta dapatkan berbagai kemudahan dan manfaat lainnya

Bagikan artikel ini:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Pinterest
Artikel terkait

Cepat kerja, banyak untungnya pula!

id_IDID