New Logo MyRobin
Search
Close this search box.

Ketahui Dampak OCD bagi Karir, dan Cara Mengatasinya!

Dampak OCD bagi Karir

Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang sering disorot di media sosial. Beberapa selebriti, seperti aktor sinetron Aliando Syarief dan bintang Hollywood Michael Jackson, pernah mengalami masalah kesehatan ini.

OCD menghambat kemampuan mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan mengganggu perkembangan karir mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala OCD dengan tepat waktu agar pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin. 

Definisi OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang ditandai oleh adanya pikiran obsesif yang mengganggu dan dorongan kompulsif yang tidak bisa dikendalikan. Orang yang mengalami OCD cenderung mengalami kecemasan yang berlebihan dan terjebak dalam pola pikir atau perilaku tertentu yang berulang, yang berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan tersebut. 

Pikiran obsesif yang umum meliputi ketakutan berlebihan terhadap kontaminasi, kebutuhan akan simetri sempurna, kekhawatiran akan keselamatan diri sendiri atau orang lain, serta pikiran-pikiran yang mengandung unsur keagamaan atau seksual yang tidak diinginkan.

Dalam rangka mengurangi kecemasan yang timbul dari pikiran obsesif, individu dengan OCD melakukan ritual kompulsif atau tindakan berulang yang sering kali tidak masuk akal. Perlu diketahui bahwa orang dengan OCD dapat hidup normal selama gejalanya terkendali. 

Contoh OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

Berikut adalah beberapa contoh perilaku OCD yang umum terjadi, seperti:

Cuci tangan berulang kali

Individu dengan OCD mungkin merasa terobsesi dengan kebersihan dan kontaminasi. Mereka mungkin mencuci tangan secara berulang kali dalam rentang waktu yang singkat, kadang-kadang dengan menggunakan teknik khusus, seperti menggosok tangan dengan kuat atau mengikuti urutan tertentu.

Memeriksa secara berulang

Seseorang dengan OCD mungkin terjebak dalam siklus memeriksa yang berulang untuk memastikan keselamatan diri atau orang lain. Contohnya, mereka mungkin memeriksa pintu berkali-kali untuk memastikan bahwa pintu terkunci dengan benar, meskipun mereka sebenarnya sudah melakukannya sebelumnya.

Menyusun atau mengatur benda-benda secara simetris

Beberapa individu dengan OCD memiliki kebutuhan yang kuat untuk menyusun atau mengatur benda-benda dengan pola tertentu. Mereka mungkin menghabiskan waktu yang lama untuk memastikan bahwa semua benda berada dalam urutan yang sesuai dengan persepsi simetri atau kecocokan sempurna.

Mengulangi kata-kata atau doa

Seseorang dengan OCD mungkin merasa terjebak dalam siklus pengulangan kata-kata atau doa tertentu. Mereka mungkin merasa perlu mengucapkan kata-kata tertentu berulang kali atau melakukan ritual verbal lainnya untuk menghindari kecemasan atau malapetaka yang mereka khawatirkan.

Menghindari objek atau situasi tertentu

Beberapa individu dengan OCD mengembangkan perilaku penghindaran terhadap objek atau situasi tertentu yang memicu pikiran obsesif atau kecemasan yang intens. Misalnya, mereka mungkin menghindari menyentuh benda yang dianggap “kotor” atau menghindari tempat-tempat dengan kerumunan orang karena takut terkena kontaminasi.

Penyebab OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

Penyebab pasti OCD (Obsessive Compulsive Disorder) belum sepenuhnya dipahami, namun terdapat beberapa faktor yang diyakini berperan dalam perkembangan gangguan ini. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya OCD meliputi:

Faktor genetik

Terdapat bukti bahwa faktor genetik dapat berperan dalam munculnya OCD. Individu dengan riwayat keluarga yang menderita OCD memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan tersebut. Namun, belum ada gen spesifik yang teridentifikasi sebagai penyebab langsung OCD.

Ketidakseimbangan zat kimia dalam otak

Gangguan pada neurotransmitter tertentu, terutama serotonin, diyakini terlibat dalam perkembangan OCD. Serotonin berperan dalam mengatur suasana hati, perilaku, dan fungsi tubuh lainnya. Ketidakseimbangan serotonin dapat mempengaruhi regulasi impuls dan menyebabkan munculnya gejala OCD.

Perubahan struktur otak dan jalur saraf

Studi pencitraan otak menunjukkan adanya perbedaan struktur dan aktivitas otak pada individu dengan OCD. Beberapa daerah otak, seperti korteks prefrontal, striatum basal, dan amigdala, terlibat dalam pengaturan perilaku dan respons terhadap kecemasan. Perubahan dalam fungsi dan koneksi antara daerah-daerah ini dapat berkontribusi pada terjadinya OCD.

Pengalaman trauma atau stres

Beberapa individu mengalami perkembangan OCD setelah mengalami kejadian traumatis atau situasi yang sangat stres. Trauma atau stres kronis dapat mempengaruhi fungsi otak dan sistem saraf, memicu timbulnya gejala obsesif dan kompulsif.

Gejala OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

Gejala Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dapat mencakup kombinasi dari obsesi dan kompulsi yang mengganggu individu secara signifikan. Berikut adalah beberapa gejala umum yang terkait dengan OCD:

Obsesi

  • Pikiran obsesif yang berulang dan tidak diinginkan, seperti ketakutan terhadap kontaminasi, kebutuhan akan kesempurnaan, pikiran agama atau seksual yang tidak diinginkan, atau ketakutan akan kecelakaan atau kejahatan.
  • Kesulitan mengendalikan atau menghentikan pikiran obsesif meskipun dianggap tidak masuk akal atau tidak realistis.
  • Kecemasan yang tinggi atau stres yang signifikan akibat pikiran obsesif.

Kompulsif

  • Perilaku kompulsif atau tindakan berulang yang dilakukan sebagai respons terhadap obsesi, dengan tujuan mengurangi kecemasan atau mencegah malapetaka yang dikhawatirkan. Misalnya, mencuci tangan berulang kali, menyusun benda-benda dengan pola tertentu, memeriksa secara berulang, menghitung, menyentuh atau menyusun benda dengan urutan tertentu, atau melakukan ritual-ritual khusus.
  • Kesulitan menghentikan atau mengurangi tindakan kompulsif meskipun menyadari bahwa tindakan tersebut tidak masuk akal atau tidak perlu.

Pengaruh pada kehidupan sehari-hari

  • Gejala OCD dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, sekolah, hubungan personal, dan aktivitas sosial.
  • Menyita waktu yang signifikan atau mengganggu produktivitas.
  • Menyebabkan stres, kecemasan, atau depresi.

Kehilangan kontrol

  • Kesulitan mengendalikan obsesi dan kompulsi, yang mengarah pada perasaan tidak berdaya atau terjebak dalam siklus obsesi dan kompulsi.

Dampak OCD (Obsessive Compulsive Disorder) Bagi Karir

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dapat memiliki dampak yang signifikan bagi karir seseorang. Gangguan ini dapat mempengaruhi berbagai aspek pekerjaan, termasuk produktivitas, hubungan dengan rekan kerja, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin timbul:

Pengaruh terhadap produktivitas

OCD dapat menghabiskan waktu dan energi karena individu dengan gangguan ini sering kali terperangkap dalam siklus obsesi dan kompulsi. Hal ini dapat mengganggu fokus, konsentrasi, dan efisiensi kerja kemudian dapat mempengaruhi produktivitas mereka di tempat kerja.

Keterlambatan dan ketidakhadiran

Karena OCD membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari, individu dengan OCD cenderung mengalami keterlambatan atau bahkan absen dalam pekerjaan. Obsesi dan kompulsi yang terus-menerus juga dapat memengaruhi kepatuhan terhadap jadwal kerja, menyebabkan ketidakstabilan dalam kehadiran.

Kesulitan dalam mengambil keputusan

Orang dengan OCD sering kali mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan karena mereka terjebak dalam pemikiran berulang dan mencari penyelesaian yang sempurna. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dan kebingungan dalam membuat keputusan penting di tempat kerja.

Ketegangan dan konflik dengan rekan kerja

Perilaku kompulsif yang tampak aneh atau tidak biasa dapat memicu kebingungan atau bahkan konflik dengan rekan kerja yang tidak memahami kondisi OCD. Stigma terkait dengan gangguan mental juga dapat memperburuk situasi sosial di tempat kerja.

Stres dan kecemasan yang meningkat

OCD dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Kecemasan yang berkelanjutan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berperforma dengan baik di tempat kerja, mengganggu konsentrasi, dan menyebabkan kelelahan mental.

Cara Mengatasi OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

Mengatasi Obsessive Compulsive Disorder (OCD) melibatkan kombinasi terapi dan, dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum digunakan dalam pengelolaan OCD:

Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT)

Terapi ini merupakan pendekatan terapi utama untuk OCD. Dalam CBT, Anda akan bekerja sama dengan seorang terapis untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang tidak sehat serta perilaku kompulsif. Terapis akan membantu Anda menghadapi ketakutan atau kecemasan secara bertahap dan mempelajari teknik untuk mengelola obsesi dan mengurangi kompulsi.

Terapi eksposur dan respons pencegahan (Exposure and Response Prevention/ERP)

Ini adalah bagian dari CBT yang fokus pada menghadapi situasi yang memicu kecemasan atau obsesi dan menahan diri untuk tidak melakukan tindakan kompulsif sebagai respons. Melalui latihan berulang dan bertahap, Anda dapat memperoleh keberanian dan merasakan penurunan kecemasan secara bertahap.

Obat-obatan

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), untuk mengurangi gejala OCD. SSRI membantu meningkatkan kadar serotonin dalam otak, yang dapat mengurangi obsesi dan kecemasan yang terkait. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikiater untuk menentukan obat yang tepat dan mengawasi efek sampingnya.

Dukungan sosial

Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan OCD dapat sangat membantu. Berbagi pengalaman dengan orang-orang yang memahami OCD dapat memberikan dorongan emosional dan informasi yang berharga. Terlibat dalam terapi kelompok atau dukungan juga dapat memberikan kesempatan untuk belajar strategi baru dan mendapatkan dukungan yang saling mendukung.

Mengelola stres

Kecenderungan OCD dapat memperburuk dalam situasi stres. Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres secara keseluruhan. Menggunakan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, meditasi, olahraga, atau kegiatan yang menenangkan pikiran dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

Setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, dan pendekatan perawatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Anda. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter atau terapis untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat bagi Anda.

Nah, untuk mendapatkan informasi seputar pekerja lainnya, Anda dapat mengunjungi blog MyRobin dan temukan kumpulan artikel bermanfaat lainnya yang dapat memperluas wawasan. Baca sekarang juga ya!

Peluang bekerja di perusahaan ternama

Membangun jaringan karir, mengembangkan skill, serta dapatkan berbagai kemudahan dan manfaat lainnya

Bagikan artikel ini:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Pinterest
Artikel terkait

Cepat kerja, banyak untungnya pula!