New Logo MyRobin
Search
Close this search box.

Awas! Ini 7 Gimmick Marketing yang Dapat Merusak Brand

gimmick marketing yang dapat merusak brand

Gimmick marketing memang menjadi salah satu strategi efektif yang dapat digunakan untuk mengenalkan brand maupun memasarkan produk. Namun, ternyata tidak semua jenis gimmick marketing dapat meningkatkan awareness maupun image brand lho! Apa saja itu? Yuk, langsung simak informasinya agar kamu tidak salah lagi menggunakan strategi gimmick marketing!

Apa Itu Gimmick Marketing?

Perlu kamu ketahui, gimmick marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang sering digunakan untuk menarik perhatian audiens terhadap suatu brand maupun produk. Banyak orang yang menggunakan teknik marketing ini karena lebih mampu untuk membuat brand dikenal oleh banyak orang serta menghemat biaya.

Baca Juga: Marketing: Pengertian, Fungsi, Jenis, Beserta Strateginya yang Wajib Kamu Tahu!

Hal ini disebabkan karena para audiens sebenarnya lebih memperhatikan keunikan dari suatu brand daripada keunggulan, fitur, atau benefit yang ditawarkan. Pasti kamu sering bukan melihat produk dari suatu brand yang lucu dan menggemaskan misalnya dari segi packaging atau iklannya, kemudian kamu tertarik untuk membelinya walaupun sebenarnya kamu tidak butuh-butuh amat dengan produk itu. Nah, itulah gimmick marketing!

Selain itu, jika brand sudah mulai dikenal oleh banyak orang apalagi sampai menghasilkan keuntungan, maka pihak marketer pun tidak perlu lagi mengeluarkan banyak biaya untuk memasarkan produknya lagi. Jadi, tak heran bila gimmick marketing menjadi salah satu strategi yang digunakan oleh banyak perusahaan dalam mempromosikan mereknya.

Biasanya gimmick marketing ini berbentuk iklan atau promosi yang tidak nyambung dengan brand atau produk yang ditawarkan. Mereka yang menggunakan strategi ini akan lebih menonjolkan visual yang kreatif, unik, dan bahkan aneh untuk bisa menarik perhatian audiens. 

Hal ini bertujuan agar audiens membicarakannya terus-menerus, membagikan informasinya ke berbagai platform media sosial, hingga menjadi topik pembahasan di suatu acara. Dengan begitu, perusahaan dapat meningkatkan brand awareness hingga penjualan produk. 

Baca Juga: Digital Marketing: Pengertian, Manfaat, hingga Perbedaannya dengan Traditional Marketing

Beberapa contoh gimmick marketing yang sering dilakukan oleh banyak orang yaitu membuat pilihan warna untuk setiap produknya, mengeluarkan edisi terbatas, membuat fitur yang fungsional, hingga endorsement.

Namun, sayangnya beberapa orang ada yang menggunakan cara atau teknik gimmick marketing yang salah, sehingga membuat image brand menjadi rusak atau menurun. Apa saja teknik tersebut?

Gimmick Marketing yang Merusak Brand

Berikut adalah beberapa contoh gimmick marketing yang mempunyai peluang besar merugikan brand, yaitu:

Newsjacking

Istilah newsjacking ini sering digunakan untuk mengikuti berita yang sedang viral atau ramai diperbincangkan. Teknis newsjacking ini seringkali dilakukan dengan cara mengcover suatu topik dari perspektif brand. Biasanya dengan memberikan insight, opini, atau berbagi pengalaman terkait kasus atau topik yang sedang ramai. 

Nah, seringkali beberapa brand gagal melakukan teknik ini dengan baik. Mereka melakukan gimmick yang menyinggung korban atau pihak yang terkait dengan kasus tersebut. Hal ini membuat brand menjadi terlihat kurang simpatik dan memanfaatkan situasi untuk mendapatkan cuan. 

Jika kamu ingin menggunakan teknik ini, maka kamu perlu memikirkannya dengan matang-matang. Jangan sampai kamu dianggap plagiat dan cringe-worthy oleh audiens. Hal ini hanya akan membuat image brand kamu menjadi buruk di mata publik.

Baca Juga: Kenali Content Marketing untuk Bisnis di Era Digital

Alokasi hashtag

Hashtag memang menjadi salah satu cara bagi brand untuk meningkatkan keterlibatan atau ketertarikan audiens terhadap produk yang mereka tawarkan. Biasanya untuk memviralkan produknya, brand akan menaikkan hashtag atau tagar di sosial media seperti Instagram atau Twitter. Melalui hashtag ini, brand dapat membuat audiens menjadi penasaran dan mencari tahu apa yang sedang terjadi melalui hashtag tersebut. 

Cara ini sebenarnya cukup efektif untuk memperluas audiens, namun jika brand tidak melakukan riset mendalam mengenai hashtag yang digunakan atau tidak menyajikan informasi yang sesuai dengan hashtag, maka audiens akan memberikan pandangan maupun pendapat yang negatif terhadap brand. Tidak hanya itu saja, brand sendiri pun akan dianggap blunder oleh banyak orang. 

Jadi, pastikan jika kamu menggunakan cara ini, riset terlebih dahulu apakah hashtag yang kamu gunakan itu sudah pernah dipakai oleh brand lain atau belum. Tujuannya agar para audiens yang mengklik tagar tersebut langsung mengarah ke konten atau informasi terkait produk kamu dan menghindari plagiat. 

Buatlah hashtag yang unik atau menunjukkan karakteristik dari brand kamu. Misalnya, kamu menjual produk selai sehat, nah kamu bisa menggunakan hashtag #sehatdengansekalioles atau #satuolesanberjutamanfaat untuk menarik perhatian audiens. 

Artikel clickbait

Cara yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kamu, karena hampir sering ditemui di berbagai platform, terutama website. Artikel clickbait ini menggunakan judul yang sensasional untuk mendorong audiens mengklik link ke situs utama. Memang hal ini dapat meningkatkan traffic website brand, namun jika terlalu clickbait maka akan merusak brand itu sendiri. 

Jika konten yang kamu sajikan tidak sesuai dengan judul atau headline yang kamu buat, maka hal ini akan membuat para audiens menjadi kecewa dan bahkan malas untuk berinteraksi dengan semua hal yang berkaitan dengan brand kamu. Sebab, mereka tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan atau sederhananya merusak ekspektasi mereka. 

Headline yang clickbait memang efektif untuk meningkatkan engagement terutama di media sosial. Namun, usahakan jangan sampai berbeda total dengan apa yang ingin kamu sampaikan. Misalnya, kamu membuat judul “Artis X Langsing Ternyata Karena Minum Ini Seminggu!” dan ternyata konten di dalamnya tidak menyebutkan artis X mengonsumsi minuman tersebut atau ternyata artis X butuh waktu 3 bulan untuk bisa turun 5 kg. 

Judul tersebut memang menarik, siapa sih yang tidak ingin langsing dalam waktu seminggu saja? Namun nyatanya judul tersebut memberikan informasi yang berbeda dengan isinya. Hal ini hanya akan membuat publik menjadi kesal dan menganggap produk kamu tidak bisa dipercaya.

Baca Juga: Mass Marketing: Pengertian, Jenis, dan Keuntungannya Bagi Bisnis

Guerilla marketing

Guerilla marketing merupakan strategi pemasaran dimana brand mempromosikan produknya secara tersembunyi atau mengejutkan audiens. Gimmick seperti ini memang sangatlah menarik dan mampu menunjukkan keunggulan dari produk. Namun, banyak orang yang menggunakan cara ini tanpa memikirkan konsekuensinya. Sehingga, menimbulkan kepanikan, kerugian bagi pihak eksternal, atau sentimen negatif publik. 

Sebagai contoh, iklan acara komedi “Aqua Teen Hunger Force” pada tahun 2007 yang membuat seluruh kota Boston panik karena mengira iklan karakter kartun acara tersebut adalah serangan teroris karena berbentuk seperti alat peledak.

Maka dari itu, hati-hati dalam menggunakan strategi ini apalagi menyangkut keamanan publik serta hukum. Buatlah secara kreatif, mengejutkan, namun minim resiko. Dengan begitu, citra brand kamu akan tetap baik dan positif di mata audiens serta pesan pada produk tersampaikan. 

High-pressure landing page

Sama halnya dengan clickbait, link landing page yang kamu sebarkan ke seluruh platform harus relevan dengan tujuannya. Landing page memang dapat membantu dan mengarahkan audiens ke tujuan mereka, misalnya website toko, katalog produk, atau pendaftaran komunitas. Nah, jika kamu mengarahkan ke lain tujuan maka para audiens pun akan menjadi bingung sekaligus kecewa dengan strategi yang kamu gunakan. 

Tidak hanya itu saja, tampilan dari iklan display banner yang mengganggu pun akan menurunkan kualitas brand kamu. Misalnya, tulisan dengan efek cahaya berkedip-kedip, ukuran banner yang terlalu besar dan menutupi layar utama, atau teks bertuliskan “BELI SEKARANG!”. 

Oleh karena itu, berikan tampilan landing page yang sesuai dengan konten yang kamu sajikan. Jika memang konten tersebut mengarahkan pengguna untuk melakukan transaksi dengan mengklik link, maka landing page juga harus menampilkan halaman dengan instruksi check out produk. 

Di samping itu, optimalkan copywriting untuk mengarahkan pengguna dari link atau display ads ke landing page. Dengan begitu, audiens menjadi tertarik dan melakukan pembelian produk.

Influencer marketing

Influencer marketing sering menjadi solusi bagi brand untuk mengenalkan dan memasarkan produknya kepada audiens. Mereka akan bekerja sama dengan pihak yang mempunyai pengaruh besar di platform tertentu untuk mendorong audiensnya membeli produk yang ditawarkan.

Cara ini cukup efektif mengingat sekarang banyak orang yang melihat atau menonton review orang lain sebelum membeli suatu produk. Namun, sebelum bekerja sama dengan influencer brand harus melakukan riset yang mendalam terlebih dahulu terkait latar belakang dari influencer tersebut.

Hal ini akan mencegah kamu salah memilih orang yang ternyata mempunyai citra yang buruk di masyarakat. Banyak brand yang hanya mengandalkan jumlah followers atau centang biru mereka di media sosial tanpa tahu track record atau jejak digital mereka di media sosial. Sehingga, ketika produk mereka launching atau dipromosikan oleh mereka, brand juga mendapatkan sentimen negatif dari publik. 

Baca Juga: Memahami Social Media Marketing, dari Pengertian Hingga Strateginya

Jadi, pastikan kamu bekerja sama dengan influencer yang benar-benar sesuai dengan brand kamu dan mempunyai pandangan positif di masyarakat. Dengan begitu, hal ini tidak akan menjadi bumerang yang bisa merugikan brand kamu. 

Kompetisi pengguna

Banyak brand yang mengadakan kompetisi atau lomba antar pengguna untuk memasarkan produknya. Melalui kompetisi, brand dapat menaikkan awareness atau interaksi antar pengguna lebih banyak lagi. Salah satu kompetisi yang baru-baru ini diadakan yaitu desain bucket KFC. Dimana, KFC mengajak audiensnya untuk berkreasi menggambar bucket atau kemasan KFC dan dipamerkan di event yang mereka selenggarakan. Pemenang kompetisi ini pun akan mendapatkan hadiah 45 juta rupiah. Sangat menarik bukan?

Namun, sayangnya strategi ini dapat merugikan brand bila kompetisi yang kamu selenggarakan tidak terkontrol dengan baik. Strategi kompetisi cukup rawan dilakukan jika para audiens kamu menggunakan kompetisi untuk kepentingan pribadi atau ajang lelucon. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk terhadap produk maupun brand. 

Maka dari itu, kamu perlu memfilter dengan baik ketentuan acara, strategi campaign, hingga audiens yang terlibat. Dengan begitu, kompetisi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan dampak positif bagi brand sendiri. 

Nah, itulah beberapa gimmick marketing yang mungkin bisa merugikan brand kamu bila tidak diterapkan dengan baik. Maka dari itu, susun strategi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan audiens kamu. Ingin tahu informasi menarik lainnya seputar bisnis? Yuk, kunjungi langsung Blog MyRobin dan gali pengetahuan kamu sebanyak-banyaknya di sini!

Rekrut dan kelola pekerja TANPA RIBET

Didukung dengan teknologi modern yang terintegrasi. Rekrut tenaga kerja profesional dan berkualitas

Bagikan artikel ini:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Pinterest
Artikel terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terima beres! rekrut hingga penggajian