Search
Close this search box.

Apakah Anda Termasuk Workaholic? Cek Ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya disini

workaholic adalah

Sebagai orang dewasa, bekerja merupakan kewajiban agar bisa memenuhi kebutuhan hidup untuk diri sendiri dan keluarga. Sebagian orang bahkan rela mengambil pekerjaan tambahan demi menambah penghasilan hingga mendapatkan promosi jabatan. Tidak jarang sampai kecanduan kerja atau disebut workaholic. Apakah Anda juga termasuk? 

Workaholic merupakan istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan seseorang yang kecanduan bekerja. Tipikal orang ini tidak dapat berhenti bekerja karena muncul dorongan dalam diri dan akan merasa tertekan, apabila mengambil istirahat atau melakukan kegiatan di luar pekerjaan.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa workaholism memengaruhi sekitar 27%-30% keseluruhan populasi di dunia. Walaupun kerap disamakan dengan kerja keras, workaholic dengan work hard ternyata berbeda. Yuk, simak pembahasannya di sini. 

Mengenal apa itu workaholic

Pernahkah Anda melihat rekan kantor yang suka bekerja hingga larut malam dan lembur terus menerus? Sering mengambil kerja tambahan walau pekerjaan utama sudah selesai? Atau justru Anda sendiri yang melakukan hal ini? 

Sebagian kalangan akan menganggap bahwa yang dilakukan orang tersebut merupakan bentuk dari kerja keras. Padahal, bisa jadi ia adalah seorang workaholic.

Istilah workaholic sering ditujukan bagi orang yang gila kerja. Setelah menyelesaikan pekerjaan utama, ia dapat mengambil pekerjaan lain untuk memuaskan dorongan dalam diri. Orang dengan kecanduan bekerja tidak memiliki kehidupan di luar pekerjaan dan cenderung tidak mengenal waktu serta mudah lelah. 

Menurut American Psychological Association, istilah ini dicetuskan pertama kali oleh Wayne Oates, seorang minister and psychologist pada 1971 yang menggambarkan workaholic sebagai dorongan dan kebutuhan untuk bekerja yang tidak terkendali secara terus menerus. 

Dorongan yang muncul dalam diri sendiri bisa didasari oleh banyak faktor, seperti ingin diakui, memenuhi kebutuhan psikis, mencari makna, hingga memanfaatkan peluang. Kecanduan kerja juga dijadikan sarana untuk melarikan diri dari masalah alias coping mechanisms. 

Seseorang yang mengalami masalah seringkali mengubur dirinya dengan pekerjaan untuk melupakan masalah yang dihadapi. 

Orang yang gila kerja bisa lupa kalau ada hal lain yang berharga dan bisa dilakukan di luar pekerjaan, seperti menjalin hubungan dengan kerabat maupun pasangan dan menjalankan hobi. 

Workaholism memiliki dampak positif dari sisi ekonomi dan budaya apabila tidak berlebihan, sedangkan jika sudah menyebabkan permasalahan Anda harus mencoba cara mengatasinya. 

Walaupun berupa kecanduan terhadap sesuatu, tetapi gila kerja tidak termasuk ke dalam gangguan jiwa sama seperti alcoholic sebagaimana dilansir dari Hello Sehat. 

Definisi workaholic menurut ahli

Semenjak istilah tersebut muncul pertama kali, berbagai penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan fenomena gila kerja. Para ahli pun punya pendapat masing-masing tentang workaholic. 

Killinger (1997, h. 6) mendefinisikan tentang workaholic, sebagai pola perilaku dalam bekerja yang ditandai dengan penggunaan waktu yang lebih lama dalam bekerja, tuntutan pekerjaan yang berlebihan, dan mengesampingkan sebagian besar aktivitas di bidang kehidupan lain selain bekerja.

Penyakit workaholic umum menyerang generasi milenial karena didorong peer pressure. Pada beberapa lingkungan, orang yang kecanduan kerja dianggap keren, giat, harus dijadikan role model, dan akan sukses lebih cepat dibanding yang tidak workaholic.

Kenyataannya, bekerja berlebihan hingga lupa waktu dapat berpengaruh negatif terutama dalam hubungan, baik dengan keluarga, pasangan, dan teman. Di bawah terangkum dampak gila kerja yang patut Anda sadari. 

Dampak workaholic

Melalui jurnal An Exploration of the Meaning and Consequences of Workaholism yang diunggah pada 1997, kecanduan kerja bisa berdampak positif dan negatif tergantung bagaimana individu tersebut. Sebagai informasi simak deretan kerugian dari kebiasaan gila kerja dari segi medis dan kehidupan sosial. 

1. Memicu masalah kesehatan

Orang yang kecanduan kerja tidak peduli harus menghabiskan waktu cukup lama berkutat dengan pekerjaan. Baginya, tugas yang diberikan atasan adalah yang utama. Tidak jarang individu ini jadi lupa makan dan kurang tidur akibat ingin bekerja terus menerus. 

Alhasil, tubuh jadi lelah dan mengalami berbagai masalah kesehatan seperti jantung, obesitas, maag, dan liver. Pola makan orang gila kerja biasanya juga buruk, seperti sering mengonsumsi makanan cepat saji dan snack untuk mengganjal perut. Parahnya, orang tersebut jarang olahraga sehingga menyebabkan gangguan sendi dan kram. 

2. Berdampak pada mental health

Manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain agar bisa menjalankan perannya dengan baik. Berbeda dengan individu yang workaholic, karena bekerja terus menerus, ia jadi jarang bersosialisasi. Akibatnya, memicu masalah mental seperti stress, kecemasan saat berada di tempat yang ramai, depresi, dan burn out.

3. Hubungan pribadi yang terabaikan

Selain menjadi pekerja Anda adalah manusia yang butuh orang lain. Mungkin sebagian dari Anda juga seorang ayah dan pasangan. Kehidupan pribadi tidak boleh diabaikan hanya untuk karier semata. 

Bayangkan, jika Anda tidak menjalin hubungan dengan siapapun dan suatu hari Anda diberhentikan oleh perusahaan. Siapa yang nantinya membantu Anda melalui masa sulit? 

Orang yang workaholic menyesal saat lanjut usia karena mengabaikan kehidupan pribadinya. Contoh jadi tidak punya pasangan dan teman, hubungan dengan keluarga renggang, tidak dekat dengan anak akibat jarang berkomunikasi dan quality time.

Baca Juga: Simak, Ini Tips Manajemen Waktu Agar Kerja Kamu Jadi Makin Produktif!

4. Mengganggu pola tidur 

Percaya atau tidak orang yang gila kerja rela mengurangi waktu tidurnya hanya demi menyelesaikan pekerjaan dari atasan. Ia tidak masalah bekerja hingga larut malam dan di akhir pekan. Efek samping dari kebiasaan tersebut yakni kekurangan jam dan pola tidur berantakan. 

Berdasarkan jurnal Hubungan antara perilaku workaholic dengan timbulnya gejala insomnia, ada korelasi antara kecanduan kerja dengan risiko insomnia. 

Ciri orang yang workaholic 

Setelah memahami apa itu workaholic dan dampaknya bagi kehidupan individu, kini cari tahu ciri-cirinya melalui pembahasan berikut. Apakah Anda juga kecanduan kerja? 

1. Mengutamakan pekerjaan 

Ciri paling terlihat adalah mengutamakan pekerjaan. Orang workaholic menempatkan karier dan pekerjaan di urutan nomor satu. Bersosialisasi dan menjalani hobi bukanlah prioritas utamanya. 

Bahkan, tidak masalah bagi individu ini jika mengambil tugas tambahan di akhir pekan untuk menyalurkan hasratnya. Paling parah, ia bisa saja meninggalkan acara keluarga yang sudah dijadwalkan untuk bekerja di hari libur. 

2. Rentan alami masalah kesehatan

Apabila seseorang sudah kecanduan bekerja, masalah kesehatan pun muncul seiring waktu sehingga ia rentan lelah dan sakit. Ini terjadi karena pola hidup buruk seperti malas berolahraga, tidak menjaga asupan makanan, dan kurang waktu tidur. 

3. Tidak memiliki kehidupan lain

Pernahkah Anda melihat rekan kerja atau menyadari kalau diri sendiri hanya fokus pada dunia kerja saja? Ini menjadi tanda bahwa Anda sudah kecanduan kerja. Workaholic tidak mempedulikan hal-hal di luar pekerjaan seperti melakukan quality time dengan keluarga, hangout bersama teman, staycation atau mengerjakan hobi.

Baca Juga: Jangan Khawatir, Ini Tips Liburan untuk Kamu yang Sibuk Kerja

4. Sulit puas dengan hasil kerjaan

Tidak sedikit workaholic juga seorang perfeksionis, artinya ia tidak mudah puas dan mencari kesempurnaan dalam hasil pekerjaan. Baginya kalau belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, tidak dapat diberikan pada atasan. 

5. Tertekan jika tidak bekerja

Tanda paling parah adalah Anda merasa gelisah dan stress jika sehari tidak bekerja. Saat hari libur tiba, orang lain akan menikmati waktunya untuk istirahat. Sebaliknya dengan Anda hari libur menjadi membosankan dan tidak menyenangkan karena dorongan bekerja tidak dapat tersalurkan. 

Perbedaan workaholic dengan pekerja keras

Saking familiarnya istilah workaholic, banyak yang menyamakannya dengan pekerja keras. Dua istilah tersebut memang menunjukkan kegigihan dalam bekerja. Namun, jika dilihat dengan saksama, akan ada perbedaannya. 

Arti kata workaholic adalah individu yang kecanduan dan merasa terikat dengan pekerjaan. Selain dorongan dalam diri, kecanduan ini umum dijadikan sebagai coping mechanisms untuk lari dari masalah. 

Individu workaholic terkadang tidak menyukai pekerjaan, tetapi karena dorongan dalam dirinya selalu muncul, ia tidak dapat mengabaikannya. Tak jarang sampai lupa waktu dan tempat.

Berbeda dengan pekerja keras, di mana individu ini tahu kapan harus berhenti untuk beristirahat, menjalani kehidupan pribadinya, dan melakukan hal yang disukai. 

  • Orang pekerja keras memiliki motivasi tinggi untuk bekerja dan tidak masalah mendelegasikan tugasnya pada orang lain, tidak sama dengan workaholic yang melihat bekerja sebagai cara untuk lari dari kenyataan. 
  • Pekerja keras memantau pekerjaan dan meluangkan waktu untuk keluarga maupun teman, sedangkan bagi individu workaholic menganggap pekerjaan lebih penting di atas segalanya. 
  • Workaholic siap bertemu kebutuhan yang menantang dan perubahan, sementara pekerja keras belum tentu. 

Cara mengatasi workaholic 

Bekerja keras bukan suatu hal buruk, tetapi jika sudah sampai kecanduan dan mengabaikan kehidupan pribadi, tandanya Anda harus mencoba alternatif untuk mengatasinya. 

1. Buat tujuan karier

Setiap orang punya tujuan karier dan alasan mengapa ia bekerja. Jadi, coba tanyakan pada diri sendiri apa tujuan Anda bekerja dan berusaha sangat keras? Apakah untuk mendapatkan promosi jabatan, penghasilan tambahan, atau untuk memuaskan atasan? 

Dengan memahami tujuan, Anda bisa melihat solusi untuk mencapai hal tersebut tanpa mengabaikan kehidupan pribadi. Atau justru Anda kecanduan bekerja karena ingin lari dari masalah? 

2. Bangun batasan di dunia kerja

Atasan bisa memberikan Anda banyak pekerjaan, apalagi jika ia tahu Anda seorang workaholic. Setiap tugas yang rumit bisa diserahkan pada Anda karena bos sudah percaya dengan hasil kerjaan Anda. 

Untuk mengatasi hal ini bangun batasan dengan mengkomunikasikan hal-hal tertentu dengan atasan, seperti tidak menerima pekerjaan tambahan di luar jam kantor atau hanya menerima lembur seminggu sekali. 

3. Selesaikan akar permasalahan

Di awal Anda diminta untuk membuat tujuan dan merefleksikan diri apa yang jadi alasan Anda bekerja. Jika didasarkan rasa bersalah dan putus asa menghadapi masalah pribadi maka jalan keluarnya adalah menyelesaikan akar permasalahan. 

4. Minta bantuan

Workaholic bukan masalah mental, tetapi Anda bisa mencari pertolongan medis untuk mengatasi kecanduan ini. Biasanya, psikolog akan memberikan saran agar Anda tetap produktif bekerja tanpa mengorbankan kehidupan pribadi. 

5. Mencoba hal baru

Cara terakhir adalah mencoba hal baru. Walaupun menantang, dorong diri Anda untuk melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, seperti berkebun, mendaki gunung, atau berjemur di pantai. Menjalankan hal baru bisa mengalihkan dorongan bekerja dalam diri.

6. Menerapkan Work-Life Balance

Work life balance mengutamakan keseimbangan baik dalam kehidupan pribadi maupun karir dan pekerjaan. Cari tau hobi dan passion Anda, serta luangkanlah waktu untuk melakukannya.

Menjadi pekerja keras bukan menjadi alasan seseorang jauh dari keluarga atau lingkungannya. Kalau Anda seorang workaholic dan ingin mencoba peran baru, kunjungi app.myrobin.id. Di sana tersedia banyak lowongan pekerjaan yang bisa Anda apply dengan mudah.

Peluang bekerja di perusahaan ternama

Membangun jaringan karir, mengembangkan skill, serta dapatkan berbagai kemudahan dan manfaat lainnya

Bagikan artikel ini:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Telegram
Pinterest
Artikel terkait

Cepat kerja, banyak untungnya pula!

id_IDID