Hampir setiap hari kita melihat banyak perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja di berbagai portal lowongan kerja. Tujuannya tentu saja adalah untuk menjaring kandidat terbaik dan dapat langsung bekerja untuk mengisi posisi-posisi yang tersedia pada perusahaan.
HR atau Human Resource adalah bidang profesional yang memainkan peran penting dalam manajemen, pengembangan, administrasi, dan perekrutan karyawan. Termasuk proses rekrutmen yang dilakukan oleh bagian SDM sebagai salah satu tugas rutin perusahaan.
Rekrutmen bisa menjadi salah satu solusi yang tepat untuk mencari kandidat baru, namun harus dipahami bahwa hal tersebut tidak menjamin perusahaan akan benar-benar mendapatkan kandidat terbaik. Banyaknya tekanan untuk segera menemukan kandidat agar dapat mengisi lowongan cenderung mengabaikan kualitas rekrutmen mereka saat ini.
Padahal, biaya untuk melakukan satu kali proses rekrutmen sangatlah besar. Belum lagi jika perekrutan berakhir buruk, kerugian yang diderita tentu akan berakhir berkali-kali lipat. Artikel ini akan membahas lebih lengkap mengenai bad hire dan dampak buruk bagi perusahaan hingga strateginya. Yuk, simak informasinya di sini!
Pengertian Bad Hire
Bad hire atau perekrutan yang buruk dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seorang karyawan baru yang direkrut oleh sebuah perusahaan tidak sesuai dengan kebutuhan dan standar perusahaan tersebut. Biasanya, bad hire terjadi ketika perusahaan tidak melaksanakan proses rekrutmen dan seleksi karyawan dengan tepat atau tergesa-gesa untuk segera mengisi posisi kosong.
Akibat dari bad hire dapat sangat merugikan perusahaan, antara lain kehilangan waktu, energi, dan biaya dalam melatih karyawan baru, serta menurunkan produktivitas dan keuntungan perusahaan. Selain itu, bad hire juga dapat berdampak negatif pada citra perusahaan dan lingkungan kerja, seperti meningkatnya ketidakpuasan karyawan dan kehilangan kepercayaan dari klien atau konsumen.
Penyebab Bad Hire
Berikut adalah beberapa hal penyebab terjadinya bad hire:
1. Kurang Informasi Seputar Kandidat
Salah satu penyebab terjadinya bad hire dalam proses rekrutmen yaitu kurangnya informasi seputar kandidat. Kurangnya informasi tentang kandidat yang dipilih dapat membuat perusahaan kesulitan untuk menentukan apakah kandidat tersebut sesuai dengan kebutuhan dan standar perusahaan atau tidak. Informasi yang kurang tepat meliputi background pendidikan, latar belakang pekerjaan, pengalaman kerja, keterampilan, dan kepribadian kandidat.
Ketika perusahaan mengabaikan informasi penting ini dalam proses rekrutmen, maka beresiko merekrut kandidat yang tidak cocok untuk posisi yang tersedia. Misalnya, seorang kandidat yang memiliki pengalaman kerja yang minim atau tidak sesuai dengan posisi yang tersedia mungkin tidak memiliki kemampuan untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa seorang perekrut memiliki informasi yang cukup tentang kandidat sebelum membuat keputusan untuk merekrutnya.
2. Terburu-buru dalam Melilih Kandidat
Kesalahan paling umum dalam proses rekrutmen adalah terburu-buru dalam memilih kandidat untuk segera mengisi posisi kosong pada perusahaan. Ketika perusahaan terburu-buru untuk mengisi posisi kosong atau menyelesaikan proses rekrutmen dengan cepat dan mengabaikan proses seleksi yang tepat atau memilih kandidat yang tidak sesuai.
Penyeleksian kandidat tidak boleh dilakukan dengan hanya melihat aspek-aspek seperti pengalaman kerja dan pendidikan tanpa mempertimbangkan keterampilan serta karakteristik yang penting untuk posisi yang tersedia.
Proses seleksi yang tepat, pengecekan referensi, dan wawancara yang terstruktur harus dilakukan secara seksama dan teliti sebelum memutuskan untuk merekrut kandidat. Dengan tidak terburu-buru dalam memilih kandidat, perusahaan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya bad hire.
3. Lemahnya Brand Perusahaan
Jika perusahaan tidak memiliki citra yang positif atau kurang dikenal di kalangan potensial kandidat, sebuah perusahaan tersebut mungkin akan kesulitan untuk menarik kandidat yang berkualitas dan sesuai dengan standar perusahaan.
Potensial kandidat akan memiliki persepsi yang negatif bagi perusahaan, baik berdasarkan informasi yang mereka terima dari berbagai sumber ataupun berdasarkan pengalaman pribadi mereka. Dalam beberapa kasus, memungkinkan kandidat untuk bekerja di perusahaan lain yang lebih dikenal karena memiliki citra yang lebih baik.
Untuk menghindari bad hire ini, perusahaan harus memperkuat citra dan brand. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan strategi pemasaran serta branding yang efektif dan menciptakan budaya perusahaan yang positif untuk menarik potensial kandidat.
Selain itu, perusahaan juga dapat menggunakan media sosial dan platform online lainnya untuk mempromosikan brand dan menarik kandidat yang tepat. Dengan meningkatnya brand perusahaan, maka dapat menarik kandidat berkualitas dan memperkesil resiko terjadinya bad hire di masa depan.
4. Tidak Memiliki Pendekatan yang Strategis
Ketika perusahaan tidak memiliki strategi yang jelas untuk merekrut kandidat yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan mungkin hanya mengandalkan intuisi atau perasaan subjektif dalam memilih kandidat menyebabkan terjadinya bad hire.
Tidak memiliki pendekatan yang strategis dalam proses rekrutmen menyebabkan perusahaan merekrut kandidat yang kurang sesuai dengan kebutuhan atau bahkan kandidat tidak memiliki kemampuan untuk berkembang dan berkontribusi dalam jangka panjang. Dalam hal ini perusahaan dapat menggunakan standarisasi pada proses wawancara di mana sebagai strategi perekrutan yang sejalan dengan tujuan organisasi.
5. Kurangnya Berinvestasi pada Proses Onboarding
Proses Onboarding tidak kalah pentingnya setelah melewati tahapan skrining dan wawancara. Pada fase ini, perusahaan dapat memperkenalkan budaya kerjanya kepada karyawan baru. Tetapi tahap ini tidak hanya tentang wawancara dan pekerjaan namun juga termasuk bimbingan, alat kerja yang sesuai, dan program sosial yang membantu karyawan baru membangun network di lingkungan kerja serta mempengaruhi keputusan karyawan untuk tetap atau berhenti setelah melakukan masa percobaan.
Perusahaan yang tidak menerapkan proses onboarding dengan benar dan konsisten menyebabkan karyawan baru mereka tidak bekerja dengan baik, tidak perform dengan baik, dan akhirnya memutuskan untuk berhenti.
Dampak dari Bad Hire Bagi Perusahaan
Tergesa-gesa dalam memilih kandidat dapat menghasilkan keputusan yang implusif dan kurang dipertimbangkan sehingga bad hire menyebabkan dampak buruk bagi perusahaan, seperti:
1. Kehilangan Produktivitas
Ketika karyawan baru yang direkrut tidak sesuai dengan kebutuhan dan standar perusahaan, mereka mungkin kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan tanggung jawab mereka.
Karyawan yang tidak cocok dengan posisinya membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari pekerjaan dan tidak bekerja secara maksimal sehingga menyebabkan tidak memberikan kontribusi yang signifikan untuk perusahaan, khususnya jika posisi tersebut adalah posisi kunci yang mempengaruhi kinerja tim atau proyek.
2. Kehilangan Waktu yang Dihabiskan untuk Perekrutan
Proses perekrutan membutuhkan waktu yang panjang. Ketika karyawan yang direkrut tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, perusahaan harus mengulang proses rekrutmen yang dapat memakan waktu, sumber daya, dan biaya lebih. Dalam beberapa kasus, bad hire bahkan dapat menyebabkan kekosongan posisi untuk jangka waktu yang lama, sehingga juga menghambat produktivitas dan kinerja perusahaan.
3. Biaya Tinggi Terkait Perekrutan
Setelah perusahaan memilih karyawan yang salah untuk posisi pekerjaan tersebut, maka tindakan selanjutnya yang dilakukan perusahaan pasti akan melalui proses rekrutmen baru untuk menemukan kandidat yang tepat untuk menggantikan.
Tentu saja hal ini menimbulkan banyak biaya setelah mengalami bad hire. Ya, mengulangi proses yang sama untuk merekrut karyawan baru tentu saja membutuhkan biaya.
Business Process Outsourcing dapat menjadi solusi untuk mengatasi posisi-posisi yang rentan dengan Bad-Hire, sekaligus menekan pengeluaran operasional Anda. Pelajari lebih lanjut di sini
4. Ketidakpuasan Karyawan dan Budaya Tempat Kerja
Budaya perusahaan sangat penting bagi sebuah organisasi. Mempekerjakan seseorang yang tidak memiliki tujuan dan nilai yang sama dengan perusahaan merusak budaya yang telah dibangun. Kemudian mempekerjakan seseorang yang tidak cocok untuk peran yang ditawarkan atau tidak memiliki keterampilan yang diperlukan juga akan memberikan beban yang berlebihan kepada rekan kerja karena kurangnya dukungan dari karyawan baru yang tidak kompeten.
5. Relasi Buruk dengan Client
Jika perusahaan mempekerjakan seseorang yang tidak cocok untuk posisi tersebut, hal ini dapat menyebabkan kinerja yang buruk dan hasil kerja yang tidak memuaskan bagi klien. Ketidakpuasan klien menyebabkan hilangnya bisnis atau bahkan reputasi yang buruk bagi perusahaan.
Relasi buruk dengan klien terjadi karena berbagai alasan, seperti kurangnya keterampilan atau pengalaman, kurangnya pemahaman tentang industri atau perusahaan klien, atau kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik.
Jika seorang karyawan tidak dapat memenuhi harapan klien, klien mungkin merasa kecewa atau bahkan kehilangan kepercayaan pada perusahaan. Akibatnya, perusahaan mungkin kehilangan peluang bisnis masa depan atau kesempatan untuk membangun relasi jangka panjang dengan klien.
Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa perekrutan dilakukan dengan hati-hati dan memastikan bahwa karyawan yang dipekerjakan memiliki keterampilan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk posisi tersebut. Dengan cara ini, perusahaan dapat memastikan bahwa klien puas dengan hasil kerja dan mempertahankan hubungan yang kuat dengan klien untuk jangka panjang.
6. Menurunnya Citra Perusahaan
Memilih karyawan baru yang salah dapat merusak citra perusahaan yang sudah ada. Padahal, reputasi merupakan sesuatu yang sangat sakral bagi sebuah perusahaan karena dengan reputasi sebuah perusahaan dapat meraih kepercayaan dari banyak pelanggan atau mitra yang bekerja sama. Untuk mempertahankan reputasi yang baik, sangat sulit jika telah salah dalam merekrut karyawan baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.
Strategi Memilih Kandidat Ideal dan Mengindari Bad Hire
Perusahaan harus benar-benar memperhatikan proses rekrutmen dan seleksi karyawan agar dapat meminimalisir terjadinya bad hire dan memastikan karyawan yang direkrut benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan standar perusahaan.
Untuk membantu Anda memahami bahwa bad hire adalah kesalahan fatal yang harus dihindari oleh setiap pemberi kerja, sebenarnya dapat diminimalkan dengan menghindari kesalahan dalam proses perekrutan. Berikut adalah strategi yang dapat digunakan dalam memilih kandidat yang tepat.
1. Background Checking
Perusahaan harus melakukan pengecekan latar belakang dengan cermat, termasuk referensi kerja dan verifikasi kualifikasi pendidikan serta pengalaman kerja sebelum mempekerjakan kandidat. Hal ini dapat membantu menghindari bad hire dan memastikan bahwa kandidat memiliki riwayat yang benar. Luangkan waktu 5-10 menit sebelum wawancara dimulai untuk meninjau resume masing-masing pelamar.
Baca resume pelamar dengan hati-hati untuk mengurangi kemungkinan adanya rekayasa resume. Jika perlu, Anda juga bisa mengecek jejak digital kandidat melalui media sosial untuk mengetahui riwayatnya.
2. Membuat Checklist Pertanyaan Saat Interview
Membuat daftar periksa pertanyaan wawancara yang dapat membantu Anda menemukan kandidat berdasarkan persyaratan yang dibutuhkan. Dengan menggunakan checklist pertanyaan, Anda dapat mengatur proses wawancara jauh lebih baik.
Selain itu, checklist juga berguna untuk menentukan “skor” kandidat berdasarkan kesamaan jawaban yang mereka berikan dengan jawaban yang dicari oleh user untuk menemukan karyawan baru yang tepat.
3. Tes Keterampilan
Berikan kesempatan bagi kandidat untuk melakukan pengujian kerja atau tugas proyek untuk menilai keterampilan dan kemampuan mereka. Dengan cara ini, perusahaan dapat meminimalkan risiko terjadinya bad hire dan memastikan karyawan baru yang direkrut memiliki kualifikasi dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
4. Test Kepribadian Kandidat
Tes psikologis dapat membantu mengungkap karakteristik pribadi yang mungkin sulit diukur dalam wawancara. Tes ini akan membantu memilih kandidat yang paling cocok untuk peran tersebut dan dapat membantu menghindari bad hire. Meminta pelamar untuk posisi tertentu, terutama posisi manajerial seperti posisi supervisor, untuk melengkapi tes kepribadian atau psikotes.
Tujuannya untuk menilai kepribadian dan soft skill. Keterampilan seperti kepemimpinan, bimbingan, kepekaan dan empati adalah pertimbangan penting. Meskipun Anda tidak dapat dievaluasi hanya dengan tes, hasil tes psikologi memungkinkan Anda untuk mengetahui kepribadian kandidat.
Itu dia dampak negatif bagi perusahaan jika melakukan bad hire dan strategi yang bisa dilakukan untuk upaya mencegahnya. Anda juga dapat mendelegasikan perekrutan dan pengelolaan karyawan Anda kepada MyRobin untuk menghindari terjadinya Bad Hire.